Archive for Januari 2014

zi piknik ke laut ...

Tanggal 19 Januari kemarin, bersama rombongan besar kantor, saya, zi dan bundanya "piknik" ke pantai teluk penyu Cilacap. Nggak jauh memang, tapi lumayan lah buat melepas kepenatan dari segala pekerjaan yang selalu menumpuk di meja kantor.

Bagi saya dan istri, perjalanan sudah dimulai jam 3 malem waktu kami terbangun karena alarm handphone. Segala persiapan langsung dilakukan terutama yang terkait dengan kebutuhan Zizi. Kenapa harus jam 3 ? karena malam harinya Zizi tidur terlalu malam dan berulang kali mengucapkan sebbuah pertanyaan yang sama :

" yah, besok kita mau ke pantai ya...pantai wonosobo kan ? zizi mau main air...."
" bukan Wonosobo sayang, tapi Cilacap...."
"tapi kan dulu waktu sama embah di Wonosobo kan pantainya...."

Gludag....
hehehe maklum lah masih anak-anak, wong saya saja sering mengalaminya kok ....

lanjut ke perjalanan, setelah persiapan yang cukup panjang, kami akhirnya dijemput bus rombongan pas jam 7 pagi untuk kemudian menempuh perjalanan selama 2 jam.


Jam 9 kami sampai di tujuan, Pantai Teluk Penyu.....tepat di depan Benteng Pendem yang menjadi lokasi acara inti pelaksanaan kegiatan family gathering kantor saya.
yang jelas, begitu lihat laut dia langsung berlari menyerbu air.... saya sama bundanya cuman bisa geleng-geleng kepala dan maklum.....zizi anak gunung hehehe

Seneng banget deh rasanya melihat dia begitu gembira dan semangat bermain air dan pasir. Bahkan sampai rambutnya yang panjang dipenuhi pasirpun dia tetap tidak bergeming dari pantai. Baru setelah dia merasa kedinginan akhirnya mau diajak bundanya menepi dan mandi air "bener".

Setelah rangkaian acara yang cukup panjang, pada jam 3 sore peserta family gathering beranjak kembali ke bis masing masing untuk segera pulang. Wajah bahagia dan senyuman mengembang di bibir masing-masing sebagai tanda bahwa mereka berbahagia.


Ada satu pelajaran yang saya ambil dari rangkaian kegiatan ini,
  keluarga adalah hal terpenting dalam rangkaian perjalanan hidup  dan sangatlah bodoh seseorang yang mengalahkan keluarganya hanya demi pekerjaan. Apapun pekerjaannya dan bagaimanapun keadaannya...... 





1.24.2014
Posted by ngatmow

Letnan Kolonel Anwar

Suer saya sedih baca yang ini sodara-sodara....terus terang artikel berikut saya copas dari KASKUS dan dengan pertimbangan bahwa ini musti disebar luaskan dan sebagai bahan perenungan kita bersama.... begini ceritanya sodara-sodara :

Senin 28 Juli 2008, Simpang Potong, Kota Padang. Sebentuk tubuh tua ringkih, tampak terduduk lesuh. Tanpa alas di atas trotoar berwarna coklat. Tubuhnya hanya terbungkus kemeja buram. Kepalanya, juga tertutup kopiah hitam yang tampak sudah digerogoti usia. Kopiah itu, seolah setia menutupi rambutnya yang memutih.

Lelaki tua itu bernama Anwar, berumur 94. Tanah Kuranji adalah tempat pertama yang menyambut kelahiran Anwar. Wajahnya keriput, dipenuhi bulu-bulu kasar berwarna abu-abu. Dengan gigi yang hanya tinggal dua, mulut Pak tua tampak komat-kamit, menyeringai. Sesekali, tangannya menengadah, pada setiap manusia yang berlalu. Berharap belas kasihan dan secarik uang untuk pengisi perutnya yang mulai minta diisi. Namun semua tampak acuh. Anwar tak putus asa, tangannya semakin dijulurkan.
Anwar tak punya rumah. Hidupnya hanya numpang di rumah warga Koto Baru, orang yang berbaik hati menampung tubuh ringkihnya. Hidup sendirian di hari tua ternyata membuat Anwar harus mengalah pada kerasnya dunia. 10 tahun sudah Anwar jadi pengemis. Hanya menengadahkan tangannya, itulah cara Anwar bertahan hidup. Maklum, usia yang hampir satu abad tak ada yang bisa dikerjakannya. Tulangnya rapuh.

Jangan tanyakan keluarga pada Anwar, sebab, itu hanya akan membuatnya menangis. "Saya tak punya keluarga. Istri saya sudah meninggal tahun 1960. Bersama bayi yang dikandungnya. Mati karena kurangnya gizi" terang Anwar. Air mata bening menjalar di pipi keriputnya.

Tak seperti pengemis lainnya, yang kebanyakan terbelakang dan tak pernah mengenyam pendidikan. Anwar lain. Tiga bahasa asing, Bahasa Jepang, Ingris dan Belanda dikuasainya. Bahkan waktu berdialog dengan POSMETRO sesekali lontaran ucapan berbahasa Belanda pun diucapkannya. Anwar fasih, lidah tuanya seakan sudah biasa melafazkan ucapan bahasa asing tersebut.

Semakin penasaran dengan "Pak Tua Simpang Potong" itu, Penulis pun mulai menjejeri langkah Anwar. Mencoba mengorek lebih dalam tentang dirinya. Siapa gerangan Anwar, sudah rapuh tapi kuasai tiga bahasa? Ada sesuatu cerita tersembunyi dari lembar hidup Pak tua dan itu membuat hasrat penasaran penulis kambuh!. Dua hari menyatroni Anwar di simpang Potong, akhirnya Penulis tahu kalau Anwar bukan pengemis sembarangan. Catatan sejarah terpampang dari celoteh Pak Tua itu.

Memang sekarang Anwar hanyalah pengemis tua yang menyedihkan. Hidupnya tak tentu arah. Tapi, jika merunut sejarah "tempo doeloe" Anwar adalah pemuda gagah yang ikut mengokang senjata melawan para penjajah. Pangkat yang disandang Anwarpun tak main-main, Letnan Satu, Komandan Kompi 3 Sumatra Bagian Selatan. Itulah daerah Anwar waktu menjabat sebagai serdadu bangsa untuk mengusir penjajah. Bukankah luar biasa "si Anwar Muda"?.

"Saya bekas tentara Sumatra Selatan. Di bawah pimpinan Bagindo Aziz Chan (Pejuang Pakistan -+) saya menjadi komandan Kompi 3 untuk berpetualang, melintasi medan demi menyerang Belanda. Tak terkira berbagai kisah pilu yang saya alami saat perang bergejolak. Tapi, untuk bangsa itu semua belum apa-apa. Hanya satu hal yang membuat kami bangga waktu pulang dari medan perang. Bangga jika membawa topi serdadu Belanda, itu jadi kebanggaan tersendiri dan membuat kita merasa terhormat,"ulas Anwar menatap kosong.

Lubang kecil bekas hantaman peluru yang menghiasi kaki kananya, menjadi bukti keikutsertaan Anwar berjuang untuk bangsa.

"Kaki ini ditembus peluru di Jalan Jakarta (sekarang bernama Simpang Presiden). Waktu itu hari masih pagi. Bangsa kita baru saja membuat perjanjian dengan Belanda (Perjanjian Linggar Jati). Tapi Aziz Chan menentang perjanjian itu. Belanda marah dan mengamuk. Menyerang membabi buta di tengah Kota. Hasilnya, ya kaki ini kena tembak waktu mau pulang ke Posko," terang Anwar.

Bukan sekali Anwar kena tembak, bahkan, pengap dan lembabnya dinding jeruji besi pun telah dua kali Anwar rasai. "Empat tahun saya dibui. Tertangkap waktu bergerilya, dari Padang dengan tujuan Payokumbuah yang waktu itu (tahun 1946) sedang bergejolak. Tapi sial, melewati Padangpanjang saya tertangkap Belanda. Waktu itu, peluru habis sementara kaki saya masih terbalut secarik kain yang menutupi lubang timah panas. Saya digiring, kaki dirantai, diberi golongan besi, " ungkap Anwar mencoba merunut kembali petualangan masa lalunya.

Di Panjang Panjang, Anwar diperlakukan tak senonoh oleh tentara Belanda. Hantaman bokong senjata, sayatan belati sampai minum air kencing "sang meneer" pun hampir tiap hari menyinggahi kerongkongan Anwar. Namun Sang Letnan tetap tegar. Kepalanya tetap tegak, walau kucuran darah dari pelipisnya tak pernah berhenti.

"Penjara dulu, bukan seperti sekarang. Dulu, tangan di ikat kawat berduri, kaki di ikat dengan rantai yang diberi golongan besi. Saban hari kena pukul. Bahkan, Untuk minum, mereka memberi air putih yang di campur kencing," celoteh Anwar.

Soal Nasiolisme, Anwar bak " Si Naga Bonar '' walau tua tapi kecintaannya pada Indonesia tak pernah surut. Terus berkobar. "Saya pernah ditanya belanda, apakah saya berjuang dan jadi tentara karena hanya sekedar kedudukan dan jabatan semata?. Saya jawab aja apa adanya, " "Aku berjuang untuk Negara, bukan kedudukan. Bila kelak aku mati di sini. Aku bangga, karena itu demi negara," ulas Anwar mengingat kembali peristiwa hidup yang masih segar dalam ingatannya.

Kemerdekaanpun sepenuhnya diraih Indonesia. Namun tak begitu bagi Anwar, tak ada penghargaan yang diterimanya. Pengorbanan dan perjuangannya yang dikibarkannya seorang Anwar seakan dilupakan. Anwar hilang di tengah gegap gempita eforia kemerdekaan. Ditambah kematian istri, seolah pembawa petaka. Anwar kehilangan semangat hidup. Sempat terjerumus ke dunia hitam. Anwar tobat. Tapi, hidup memang tak pernah berpihak pada Anwar. Semakin terlunta-lunta. Hingga jalan sebagai pengemispun jadi pilihan terakhirnya.

Tak ada tanda jasa, tak ada lencana penghormatan yang diterima Anwar dari Pemerintah. Bahkan gelar pahlawan veteranpun tak singgah pada Anwar. "Saya tak butuh apapun. Dulu, saya berjuang bukan untuk mendapatkan tanda jasa. Saya berjuang untuk negara. Tak perlu tanda jasa apalagi uang. Biarlah hidup begini, asal tak menganggu orang lain. Saya rela. Memang, angkatan saya yang ikut mengangkat senjata kebanyakan tenang dan menjalani masa tuanya dengan glamauran harta. Saya tak suka itu, bagi saya berjuang bukan untuk kemapanan masa tua, tapi untuk kemerdekaan bangsa. Biarlah orang memandang saya hina. Asal saya bisa tenang. Biarlah hanya makan sehari yang penting bangsa ini merdeka,"jawab Anwar tegar, segera berdiri, pergi minta segelas air kepada pedagang di depan Masjid AL-Mubarah, Sawahan.

Hari ini , Jumat (1/8) Penulis kembali berniat menemui Anwar. Namun, "Sang Letnan" menghilang dari Simpang Kandang. Dua onggok batu yang biasanya jadi sandaran Anwar kehilangan tuannya. Anwar raib. Padahal hari masih pagi, jarum jam baru berada di angka sembilan. Kemana Anwar?.

Kecewa dengan hilangnya Anwar, penulis mencoba menelusuri RTH (Ruang Terbuka Hijau) Imam Bonjol. Tempat biasanya Anwar tidur ketika penat datang mendera tubuh rentanya. Benar juga, tubuh renta Anwar tergolek diantara rumpun hijau Imam Bonjol. Namun ada yang lain dari penampilan Anwar hari ini. Bajunya tak hanya buram seperti kemarin, tapi lebih parah, kemeja biru yang dipakainya sudah tak berbuah. Mempertontonkan tulang-tulangnya yang kelihatan menonjol dibalut kulit keriput. Perutnya kempis. Sandalnyapun berlainan warna, hijau dan biru berbalut seutas tali plastik warna putih.

Mencoba mendekat, ternyata Anwar tertidur. Dadanya terlihat turun naik beraturan, membusung. Tulang dadanya semakin menonjol. Perlahan mata Anwar terbuka. Sesaat pandangannya kosong. "Tadi Saya pingsan nak, perut lapar. Padahal saya belum dapat apa-apa. Saya tak kuat berdiri. Untunglah ada seorang tukang becak yang kasihan pada saya. Membelikan saya sebungkus nasi telur. Tapi badan ini masih lemas," terang Anwar lesu.

Seperti sebelumnya, Walaupun tubuh rentanya masih lemah, Anwar tetap bercerita panjang lebar tentang kerasnya hidup yang dilewatinya selama 10 tahun hidup dijalanan. "Saya hanya kuat berdiri di simpang ini sampai pukul 11 siang. Tubuh ini sudah terlalu tua untuk lama-lama berdiri. Matahari terlalu garang. Berlainan benar waktu muda dulu, beratnya medan tempur selalu bisa saya taklukkan. Ah, sampai kapan tubuh ini bisa bertahan menunggu kepingan logam. Saya tak tahu," Anwar menerawang.

Perlahan, rentetan-rentetan kehidupan Anwar mulai terkuak. Celoteh panjang Anwar menguak tabir tersebut. Rupanya, Anwar juga pernah menjadi awak kapal barang berbendera Jerman. Lulus di Sekolah Sembilan (Belakang Tangsi) tahun 1930. Anwar mulai berpetualang. Dari tahun 1932 sampai 1939 Anwar berlayar. Dalam kurun waktu itu tak sedikit keragaman budaya yang dilihat Pak Tua.

"Saya lulus sekolah Belakang Tangsi 1930. Selanjutnya berlayar tujuh tahun mengelilingi Asia sampai ke Australia. Kemudian pulang untuk berjuang. Saya tak mau bersenang-senang di atas Kapal, sementara Bangsa kita sedang berjuang merebut kemerdekaan. Naluri kebangsaanlah yang memanggil jiwa ini untuk ikut berjuang," terang Anwar.

Anwar berpetualang, menyelusuri setiap pelosok Tanah Indonesia untuk berjuang mengusir Sang Meneer dari Indonesia. Awalnya hanya bermodalkan bambu runcing. Anwar akhirnya mendapatkan senjata rampasan dari tentara Belanda. Senjata ditangan, Anwar muda mulai merengsek. Memuntahkan pelurunya di barisan terdepan pejuang Indonesia.

"Pada awalnya tak ada senjata. Kami hanya bermodalkan bambu. Namun, dari tangan belanda yang berhasil kami bunuh, kami nisa memperoleh senjata. Dengan itulah kami menyerbu musuh. Mengambil topinya sebagai "cinderamata" dari medan tempur,";lanjut Anwar.

Hingga Akhirnya Indonesia merdeka. Belanda pergi dari tanah Bangsa. Tentu, kemerdekaan itu adalah hasil perjuangan pahlawan kita. Termasuk Si Anwar yang berjuang di dua episode perang tersebut. Anwar bertarung dengan gagah. Namun apa yang didapatkan sang Letnan?. Hingga detik ini Anwar masih berstatus pahlawan bangsa yang terabaikan. Pahlawan yang menyongsong hari tuanya dengan melakoni profesi sebagai pengemis. Indonesia merdeka, namun Anwar masih tetap "terjajah oleh hidup"!!.

Memang, dulu Anwar pernah diberi secarik kertas bertuliskan penganugrahan sebagai pejuang oleh Pemerintah. Namun karena jalan hidupnya yang sering berpindah tempat "surat wasiat" itu raib entah kemana. Padahal, surat itu adalah sebagai landasan Anwar untuk menerima haknya sebagai Veteran."

"Memang dulu saya diberi surat oleh Pemerintah. Kalau tak salahnya surat Bintang Grelya. Tapi surat itu sudah hilang. Kata orang surat itu adalah syarat untuk menerima tunjangan dari pemerintah. Tpi tak apalah, saya juga tak perlu itu. Kan sudah saya katakan kalau saya berjuang bukan untuk uang apalagi jabatan. Walaupun meminta-minta tapi saya tak menyusahkan orang lain. Saya sudah pernah hidup senang di atas kapal. Sekarang saatnya susah. Hidup seperti roda nak. Kadang di bawah. Sekali lagi, saya berjuang untuk Indonesia. Melihat Merah Putih berkibar tanpa gangguan itu adalah suatu kebanggaan tersendiri. Tak ada yang membuat saya bahagia kecuali melihat kibaran bendera Indonesia," celoteh Anwar.


Letnan Kolonel Anwar, pahlawan bangsa kini tak ubah hanyalah tubuh tua dekil, tak ada yang peduli. Anwar semakin pupus di tengah sibuknya Kota Bengkuang. "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para Pahlawannya" kata Bung Karno. Namun itu hanyalah barisan kata, bukan kenyataan. Tak percaya? tanyakan itu semua pada Anwar. Pahlawan kita yang hinggga saat ini masih menengadahkan tangan untuk bertahan hidup.Memang Anwar tak minta apa-apa dari perjuangannya. Tapi, apakah kita tega melihat orang yang melepaskan kita dari jeratan penjajah harus terlunta. Mengemis untuk hidup. Tanah kemerdekaan yang kita pijak adalah hasil dari muntahan peluru Pahlawan mengusir penjajah. Namun kenapa kita menutup mata untuk itu. Apakah rasa penghormatan kepada para Pahlawan sudah pudar dihantam terjangan zaman. Sekali lagi, jangan lupakan Anwar yang telah gigih perjuangkan bangsa. Pemerintah? mungkin lupa juga akan nasib Sang Kapten.



1.13.2014
Posted by ngatmow

whatever ... i love Indonesia

akhir akhir ini saya kok tambah gumun ya sama negara kita tercinta ini. kalau lagi lihat siaran berita di tv adanya berita kriminal, kecelakaan sama berita aneh bin ajaib dari dunia politik.
Lha ngga aneh bin ajaib gimana wong sudah jelas jadi tersangka, seorang pejabat yang katanya terhormat masih sempat ngurusi bisnisnya di luar penjara, masih tetep bisa senyum dan melambaikan tangan dengan bangganya ke media massa (yang otomatis akan menyiarkannya ke seluruh pelosok negeri ini), terus ada lagi berita tentang sebuah hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak yang tau-tau hilang dari pemberitaan karena menyangkut nama besar seorang pejabat tertentu, dan masih banyak lagi keajaiban lainnya di negeri ini. bah....

foto by Rizzal Zendrall fromKoFiPon® (Komunitas Fotografi Ponsel)

Suwer deh, kalau ditanya apakah saya cinta negeri ini, pasti jawab saya sangat cinta sekali pada negeri ini......tapi bukan pada sistemnya lho ya....
kenapa ?

karena pada dasarnya masyarakat Indonesia terutama yang sudah berada pada kasta atas justru adalah orang-orang dari golongan yang sudah "berumur" dengan pikiran kolot yang lebih mementingkan apa yang ada di otak mereka daripada apa yang dilihatnya dengan mata kepala mereka sendiri di sekitarnya. maksudnya adalah sebagian besar dari mereka adalah orang yang akan mendahulukan kepentingan makannya daripada mengulurkan tangan untuk membantu seseorang yang sedang mengemis demi sesuap nasi tepat di hadapannya....hayah ngomong apa to saya ni...hehehe....

Seiring bergantinya tahun, saya dan berjuta masyarakat di negeri ini tentu saja dan tanpa ada rekayasa bersama-sama berharap bahwa di tahun yang baru ini akan ada perbaikan gizi, eh maksudnya perbaikan ekonomi, perbaikan kehidupan dan segala bentuk perbaikan lainnya yang menyangkut negeri ini dan semua unsur yang ada di dalamnya. Termasuk sistemnya tadi....


ada satu kalimat dari presiden pertama kita, Ir. Soekarno, yang dimuat dalam harian Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, yang kemudian sangat membekas dalam hati dan sanubari saya....

"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia."

Pas sekali bukan dengan kondisi "kejiwaan" negeri kita saat ini ? lihat saja sekarang, dalam sistem pemerintahan kita jarang sekali orang muda mendapatkan kesempatan untuk promosi dan memimpin para seniornya. yang ada adalah kedudukan pejabat diisi oleh para sesepuh di pemerintahan. kemudian jika ada seorang pemuda yang kritis dan berani bersuara untuk menentang aturan yang sudah terlanjur aneh tersebut, maka dia akan sesegera mungkin "disingkirkan" ke "daerah aman"....

tidak hanya dalam kancah politik saja hal tersebut terjadi. paling parah justru terjadi pada korps pegawai negeri kita. PNS yang bisa dikatakan sebagai buruh negeri ini juga sangat memegang teguh prinsip diatas.

ada sebuah kalimat menggelitik yang saya temukan ketika "jalan-jalan" di internet,

PNS = Professional works, No corruption, Salary not Good....

hwahahaha.....curcol deh jadinya.
tapi bener kok. yang namanya jadi Abdi Negara banyak minusnya daripada plusnya. Tentu saja dengan tidak mengurangi rasa syukur kepada-Nya yang telah memberikan kesempatan itu, sebagai abdi negara sering sekali terjadi ketimpangan yang diluar batas kewajaran. contohnya ? monggo dicari sendiri (karena akan sangat mudah sekali menemukannya) dan kemudian tolong sampaikan di blog ini untuk kita bahas lagi bersama-sama hehe.....

Sawang sinawang saja....begitu kata orang tua.
Memang kalau kita hanya menuruti kata hati, pasti nggak akan pernah ada kata cukup dan puas. Selalu saja kurang dan tidak pernah cukup. Namun jika kita memegang prinsip bahwa kita harus selalu "menunduk" dan bersyukur pastilah rasa semacam itu tidak akan meracuni hati dan otak kita.

Selamat tahun baru (bagi yang merayakannya) dan semoga ke depan kita akan semakin bisa menjalani hidup dengan lebih baik, lebih indah dan lebih bermanfaat.....



1.05.2014
Posted by ngatmow

Instagram

Arsip

Copyright 2008 ZISBOX- Metrominimalist | Template Diutak atik Ngatmow Prawierow