Archive for 2016

Salon Foto Indonesia pertama saya

Siang itu tiba tiba ponsel saya berbunyi, hanya angka yang tertera di layar tanpa nama.
" Halo selamat siang, saya dari jasa pengiriman mau mengirimkan paket untuk bapak, mohon maaf rumahnya yang sebelah mana ya " tanya sebuah suara dari ujung sana.
" Halo juga mas, rumah saya yang ujung jalan, ada pintunya, ada gentengnya, trus ada gerbangnya warna hitam muda......oya ngomong ngomong paketan dari mana ya ? "
" HISFA Jogja Mas.......kayaknya isinya album foto pak "
Dan kejadian setelahnya tidak usah diceritakan lagi karena sedetik kemudian saya cuman berjingkrak jingkrak dan menari mengikuti irama lagunya NDX, Kimcil Kepolen ........



Kenapa saya begitu bahagia ?

Ceritanya begini sodara sodara, untuk tahun 2016 ini HISFA Yogyakarta adalah penyelenggara Salon Foto Indonesia ke 37. Dan Salon Foto ini adalah sebuah ajang kompetisi foto paling bergengsi di negeri ini dimana foto yang masuk adalah foto foto sangat pilihan dari para peserta pilihan dan kemudian di seleksi lagi oleh Juri juri kelas wahid yang dijamin super istimewa hasil pilihannya. Dan alhamdulillahnya dari 4 kategori foto yang dikompetisikan ada 3 foto saya yang masuk dalam album itu....padahal ini adalah kali pertama saya berani nekat untuk mengirimkan karya foto...... Sebelumnya? saya tidak punya nyali kisanak .......


Hanya 3 foto dengan masing masing satu piagam, tanpa piala apalagi medali. Namun bagi saya itu semua sudah lebih dari cukup untuk berbangga hati tanpa menyombongkan diri. Yang jelas, masih banyak hal yang harus saya pelajari lagi, perlu lebih banyak lagi diskusi dan menimba ilmu dari senior senior fotografi di negeri ini, dan masih sangat jauh lagi bagi saya untuk bisa membusungkan dada terlalu tinggi dengan hanya berbekal prestasi yang secuil ini.


Dan bukan bermaksud untuk riya ..... ini foto saya yang masuk album Salon Foto Indonesia 37 itu.....

" Persimpangan " -  kategori Streetphoto

" Larung Rambut gembel " - Kategori Travel Photography

" Negeri Atas Awan " - Kategori Travel Photography




12.30.2016
Posted by ngatmow

Abdan 1 tahun

Tidak terasa sudah setahun yang lalu kamu hadir melengkapi keluarga ini. Tawamu, tangisanmu, celotehanmu bahkan baunya ompolmu semakin menambah warna hidup ayah dan bundamu ini.

Dan tepat hari ini, 30 Desember 2016, genaplah tahun pertamamu eksis di dunia bersama kami, keluargamu......

Selamat Ulang Tahun yang pertama Abdan Rakha Assaid Al Azis, banyak harapan dan doa yang kami panjatkan untukmu untuk masa depanmu dan untuk kebahagiaanmu kelak. sei ring dengan kekhawatiran tentang berbagai hal terkait semakin gilanya dunia yang kita tinggali ini.


Dan ayah bundamu ini berjanji akan sebisa mungkin menuntunmu melewati jalanan berbatu yang menghadang di depanmu, menuntunmu melewati kerasnya hidup dengan tetap memegang teguh agamamu...... semoga .......





Lagi : Adik cowok ada yang laku

Tanggal 9 Desember 2016, salah satu adik cowok laku lagi..... halah......
Yah begitulah sodara sodara, Alhamdulillah pada jam 9.00 pagi waktu Banjarnegara bagian Desa Gemuruh, akad nikah dan ijab qobul sukses dilakukan di masjid Al Ikhlas dengan anggukan kepala dan sebuah kata SAH dari para saksi nikah.....

Setelah bertahun tahun menyandang status tidak "genah", setelah bertahun tahun berpacaran dengan burung murai lengkap beserta kandangnya dan diprediksi oleh para ahli bahwa adik cowokku yang satu ini bakal lulus U30, akhirnya dia bisa mematahkan semua prediksi dan memperbaiki statusnya di KTP menjadi Menikah.

yes..... Anindita Widya Widagdo sudah sah jadi suami seseorang sekarang......... hahahaha..........
sudah resmi jadi anak mantu seorang bapak dan seorang ibu baru
sudah layak dipanggil mas dan adek bagi keluarga baru
dan sudah waktunya segera dihapus dari Kartu Keluarga Bapak........
(karena sudah berhak untuk punya Kartu Keluarga sendiri tentunya hehehe.....)


Selamat datang dik Lita di keluarga besar kami. Semoga lambat laun kamu akan terbiasa dengan semua kondisi dan situasi yang ada di rumah kami. Jangan protes kalau di pagi hari akan antri mandi dengan durasi yang lumayan bikin keki, jangan kaget kalau nantinya kamu akan ditinggal pacaran lagi sama burung murai, jangan kaget kalau pas musim liburan datang kamu akan capek bikin nasi hampir tiap jam karena akan datang kakak ipar dan adek iparmu yang semuanya berperut keranjang dan makan nasi satu kwintal sehari, jangan kaget kalau setelah ini kamu akan menemukan banyak hal aneh bin ajaib yang hanya akan ditemukan di sini .... di keluarga kami.......

Dan satu hal yang pasti, maafkan kalau pas lagi asik tolong jangan berisik karena ada keponakan kalian yang akan segera datang dan mengganggu kalian "berkegiatan" membuat keponakan baru buat kami ..... hahaha.......


Selamat menempuh hidup baru Anindita Widya Widagdo dan Laelita Intan Rahmawati,

Semoga dengan menikah semakin dibukakan pintu rejekinya brader, 
semoga dengan menikah hidupmu akan semakin aman nyaman tenteran damai dan tertata rapi, semoga dengan menikah hidupmu semakin indah, 
semoga dengan menikah beban dalam pikiranmu semakin dipermudah, dan 
semoga dengan menikah segera diberikan sebuah kehidupan idaman yang sakinah mawaddah warahmah ........Aminnn.........

be a good man, good husband, good brother, good son, and good father Ndi ........




Dan sesuai janji bahwa foto pre wedding hanya akan di publikasikan setelah kalian menikah, ini beberapa fotonya








12.15.2016
Posted by ngatmow

Membuat Angka Terbilang Pada Excel Untuk Merubah Angka Menjadi Huruf

Seringkali ketika kita bekerja menggunakan Microsoft Excel, kita menemui data angka yang harus diubah menjadi huruf. Misal angka 1.200.000 akan diubah menjadi satu juta dua ratus ribu rupiah. Memang bisa diubah secara manual, namun jika data yang harus diproses jumlahnya banyak, maka akan memakan banyak waktu.

Salah satu cara termudah untuk mengenjakannya sehingga sangat mempersingkat waktu kerja kita adalah dengan menggunakan fungsi terbilang pada MS Excel. Berbeda dengan kebanyakan fungsi Excel yang sudah tersedia dalam paket standar, rumus Terbilang termasuk metode yang unik. Sebab, kita memerlukan unsur tambahan yang diperoleh dari sumber diluar. unsur tersebut adalah sebuah Add-Ins. Dan agar fitur tambahan ini dapat berfungsi, maka terlebih dahulu kita harus mematikan security macro.

Silahkan download dulu Add-Ins nya disini


Berikut ini langkah-langkah membuat angka terbilang pada Microsoft Excel 2010 yang sebenarnya juga bisa diterapkan pada versi lain dengan sedikit perbedaan. Jangan lupa untuk mendownload file terbilang dan menyimpannya di lokasi yang mudah ditemukan pada komputer.

Pertama, non-aktifkan dahulu security macro dengan cara:

  1. Klik Menu pada excel dan pilih Options
  2. Setelah muncul jendela Excel Options, klik Trust Center, kemudian klik Trust Center Settings.
  3. Anda akan melihat Macro Settings. Klik Enable all macros dan OK 2 kali.

Kedua, install Add-ins Terbilang Excel, caranya:

  1. Klik Menu File pada Microsoft Excel dilanjutkan dengan klik Options.
  2. Setelah muncul jendela Excel Options, klik Add-ins.
  3. Klik tombol Go dan jendela Add-ins akan muncul. Klik Browse.
  4. Temukan letak file Add-ins Terbilang kemudian klik OK. Sekarang, Anda dapat mulai menggunakan fungsi tersebut.



Ketiga, langkah-langkah menggunakan rumus Terbilang untuk merubah angka menjadi huruf

Ketikkan angka berapa saja di sebuah cell, misal A1. Kemudian, posisikan kalimat terbilangnya di B1. Sebagai contoh, Kita bisa mengetik angka 1234567 pada A1.


Bagaimana jika ingin menampilkan rupiah ?
caranya gampang kok...... kita tinggal memodifikasi fungsi terbilang ini. Misal akan merubah sel D4 maka Rumusnya

=terbilang(D4)&" Rupiah"

Bagaimana jika ingin kalimat yang tampil ini memiliki huruf besar disetiap katanya ?
Misalnya Seratus dua puluh delapan menjadi Seratus Dua Puluh Delapan. Kira kira  caranya seperti ini kakak......
=PROPER(terbilang(D4)&" Rupiah")



Jika ingin mengubah menjadi huruf besar semua, ganti PROPER menjadi UPPER. Sedangkan bila ingin merubah menjadi huruf kecil semua, ganti menjadi LOWER .

Dan bagaimana cara menggunakan koma dalam fungsi terbilang ini. Misalnya mau membuat angka 1000,5 menjadi seribu koma lima. Cara melakukan hal ini sangat mudah, tulis saja seperti biasanya yaitu 1000,5 . Lalu gunakan fungsi terbilang. Jika hasilnya malah sepuluh ribu lima, berarti setting regional di komputer anda masih setting luar. Oleh karena itu gunakan tanda titik (.) . Jadi jika 1000,5 tidak bisa, gunakan 1000.5
12.06.2016
Posted by ngatmow

Kolopaking, sepenggal sejarah Banjarnegara

Nama Kolopaking ini otomatis mengingatkan beberapa kawan kepada artis yang dulu pernah terkenal, Novia Kolopaking. Apakah ada hubungannya? Sebagai trah, Kolopaking sering disangka sebuah marga yang berasal dari wilayah Indonesia Timur, padahal nama ini bila dirunut ceritanya, akan muncul pada cerita sejarah Kebumen di Jawa tengah.

Pada masa Amangkurat I memerintah di Mataram, seorang bangsawan dari Madura, Trunojoyo, melakukan pemberontakan (1677) dan berhasil membuat Amangkurat I menyingkir ke Cirebon. Dalam perjalanan ini, Amangkurat I dibawa oleh penguasa setempat yang bernama Ngabehi Kertowongso untuk singgah di Panjer (sekarang Kebumen). Rupanya Kertowongso masih mengakui Amangkurat I sebagai raja Mataram yang sah, bahkan ketika melihat sang raja yang tampak kelelahan dan menderita sakit karena keracunan, Kertowongso mencarikan air kelapa untuk penawar racun. Sayang buah kelapa yang dapat ditemukan saat itu hanya yang kulitnya sudah kering (kelapa aking) saja. Air kelapa diminumkan dan tak berapa lama berhasil membuat kondisi tubuh Amangkurat I membaik. Kertowongso kemudian digelari Tumenggung Kolopaking I dan menjadi awal trah Kolopaking.
Raden Toemenggoeng Soemitro Kolopaking Poerbonegoro van Bandjarnegara met Raden Ajoe 1930 KITLV

Walaupun awalnya trah Kolopaking berkuasa di wilayah Kebumen (sebelumnya disebut Panjer), namun pada masa Perang Diponegoro, terjadi perseteruan dengan Adipati Arungbinang yang didukung oleh VOC. Dukungan Kolopaking terhadap Diponegoro harus ditebusnya dengan menyingkir ke wilayah Banjarnegara.

Di Banjarnegara, dinasti Kolopaking tetap berperan terutama melalui salah satu keturunannya, yaitu Raden Adipati Arya Poerbonegoro Soemitro Kolopaking, yang menjadi bupati dari tahun 1927-1945. Nama Soemitro Kolopaking saat ini diabadikan sebagai nama stadion di Parakancanggah, Banjarnegara. Soemitro Kolopaking memiliki istri bernama Anna Lasmanah.

Semasa suaminya menjabat sebagai bupati di Banjarnegara, Lasmanah berkeinginan kuat membangun sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Upayanya diwujudkan tahun 1940 dengan mendirikan rumah sakit bersalin yang diberi nama Boedi Rahajoe pada tanggal 31 Agustus 1940.

Dana untuk pembangunan rumah sakit ini didapatkan dengan cara patungan yang disebut Gerakan Satoe Sen, setiap keluarga menyumbang masing-masing 1 sen. Kekurangannya sekitar 40.000 Gulden didapatkan dari sumbangan Bupati Banjarnegara. Lahan untuk pembangunan adalah pekarangan rumah milik H. Noor di Desa Kutabanjarnegara. Hasil rintisannya ini kelak menjadi RSUD Banjarnegara dan setahun lalu diubah namanya menjadi RSUD Hj. Anna Lasmanah Soemitro Kolopaking (2013).

Ibu Hj. Lasmanah Kolopaking (1902-1965) yang dipajang di sebuah restoran di Jl. Taman Cibeunying Selatan Foto: Ariyono Wahyu


Soemitro Kolopaking

Soemitro dilahirkan di Papringan, Banyumas pada 14 Juni 1887. Buku Harry Poeze, “Di Negeri Penjajah”, menyebutkan bahwa Soemitro menentang kehendak ayahnya dengan bersekolah di HBS Batavia. Lalu pada usia 19 tahun (1906) pergi ke melanjutkan belajar ke Eropa menggunakan kapal sebagai penumpang kelas 4 dengan uang hanya f.15. Di Eropa, Soemitro banyak bepergian demi mencari tambahan biaya sekolah. Untuk hidup sehari-hari ia bekerja sebagai perawat domba di Leiden. Ia juga pernah pergi ke Jerman (1908) untuk bekerja menjadi buruh tambang batubara.

Kembali ke Hindia Belanda, Soemitro bekerja di pabrik teh dan kina Pandjang Estate di Pangrango, kemudian mengikuti pendidikan komisaris polisi di Batavia. Setelah pendidikan inilah Soemitro mendapatkan tugas sebagai Gewestelijk Leider der Veldpolitie untuk Keresidenan Priangan yang berkedudukan di Bandung (1922). Inilah pertama kalinya orang pribumi mendapatkan pangkat dan jabatan setinggi itu dalam dinas kepolisian Hindia Belanda.

Parta Kutang

Pada masa jabatannya ini terjadi peristiwa yang cukup legendaris di Bandung. Pada tahun 1920-an, Oranjeplein (Taman Pramuka) adalah batas timur Kota Bandung. Kawasan ini dirancang oleh Ir. D.H. Ton sebagai kawasan elite dengan rumah-rumah besar berpekarangan luas untuk taman. Kawasan permukiman ini dinamai Kapitein Hill. Letaknya yang di pinggir kota membuat kawasan ini bersuasana tenang dan nyaman ditinggali.

Tetapi itu tidak berarti tidak ada gangguan sama sekali. Suatu hari di bulan Desember 1922, diberitakan seekor macan tutul dari Gunung Manglayang berkeliaran di sebuah rumah di sebelah timur Jl. Supratman sekarang. Macan tutul sepanjang dua meter itu akhirnya mati ditembak, lalu bangkainya dipamerkan kepada masyarakat.

Bukan itu saja peristiwa yang terjadi di sekitar Kapitein Hill. Pada tahun 1922 itu juga ada kejadian yang cukup bikin heboh warga Bandung, sebuah rumah milik seorang Preangerplanter ditemukan terbuka lebar semua pintu dan jendelanya , sepertinya baru kemasukan maling. Anehnya, tak ada barang yang hilang. Juga tak ditemukan jejak-jejak pembongkaran paksa. Sama tidak tidak ada jejak kecuali sebuah pahat besi yang tergeletak di atas meja tulis pemilik rumah.

Satu minggu kemudian, peristiwa yang sama terjadi lagi. Kali ini di sebuah bank di Alun-alun Bandung. Seluruh pintu dan dan jendela ditemukan dalam keadaan terbuka lebar, begitu juga dengan lemari besi. Anehnya, lagi-lagi tak ada barang yang hilang. Namun sebilah pahat besi tampak tergeletak di dalam lemari besi. Pembobol rumah yang misterius ini lantas dijuluki polisi sebagai De Beitelaar (Si Pahat).

Saat Soemitro melakukan pemeriksaan, disadarinya bahwa ada latar ilmu gaib dalam peristiwa ini. Soemitro pun menggunakan panduan Primbon Maling untuk menangkap pembobol misterius ini. Dengan mempelajari hari, pasaran, dan waktu kejadian, dapat diduga arah kedatangan sang maling. Rencana disusun. Sejumlah anak buahnya ditugaskan berjaga di wilayah timur kota pada hari yang diperkirakan akan jadi hari kedatangan kembali De Beitelaar. Benar saja, sang maling dengan mudah dapat ditangkap.

Akhirnya diketahui, De Beitelaar ini bernama Parta, tinggal di lereng gunung sekitar 20 kilometer sebelah timur Kota Bandung. Ternyata Parta adalah seorang petani kaya yang memiliki sawah, kebun, kolam ikan, ternak, dan sejumlah pembantu rumah tangga. Lantas untuk apa ia membobol rumah orang?

Benar dugaan Komisaris I Soemitro Kolopaking, ada ilmu gaib di balik kasus ini. Rupanya Parta memiliki ilmu turun temurun dalam hal bobol-membobol. Dengan ilmunya ini tak ada gembok yang tak dapat dibukanya, tak ada pintu besi yang dapat menghalanginya. Ternyata Parta hanya ingin menguji ilmunya bila didengarnya ada sesuatu yang tak dapat dibongkar. Sistem pengamanan baru akan selalu menimbulkan keinginan kuat baginya untuk mencoba ilmunya.

Kalaupun ada kasus Parta benar-benar maling, maka hasil curiannya tak pernah diambilnya barang sedikit pun. Semua selalu dibagikannya kepada warga desa yang miskin. Setiap kali melakukan aksinya, Parta selalu hanya memakai singlet dari kain belacu, sehingga orang kampungnya memberikan julukan “Parta Kutang”.

Parta Kutang lalu diadili di Landraad dan mendapatkan hukuman dua tahun penjara serta kewajiban perawatan dokter secara rutin karena dianggap memiliki kelainan jiwa. Selama dalam penjara, Parta Kutang selalu mendapatkan kunjungan dari Komisaris I Soemitro Kolopaking. Bahkan Komisaris ini juga datang berkunjung ke keluarga Parta di lereng gunung.

Sebebas dari penjara, Parta Kutang menyerahkan anaknya kepada Soemitro Kolopaking untuk dididik menjadi orang baik. Soemitro menyekolahkan anak Parta ke sekolah pelayaran di Zeevaartschool Makassar hingga berhasil lulus. Kejadian naas kemudian menimpa keluarga Parta Kutang. Pasangan suami istri Parta Kutang tewas tertimpa pohon saat angin puyuh melanda desa mereka. Sedangkan anaknya yang sudah menjadi mualim di kapal pemburu torpedo Belanda (Torpedo jager) tewas saat kapalnya dibom Jepang di Laut Banda pada tahun 1942.

Free Mason

Di Bandung Soemitro juga berkenalan dengan teosofi dan Freemasonry. Pada tahun 1927 menjabat sebagai Bupati Banjarnegara hingga tahun 1945, kemudia menjadi Residen Pekalongan. Masih di tahun 1945, Soemitro terpilih menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pada tahun 1951 Soemitro Kolopaking ditunjuk untuk menjadi Menteri Pertahanan RI namun menolaknya dan digantikan oleh Sewaka.

Kemudian Soemitro lebih aktif bergiat dalam komunitas Free Mason. Sebelumnya Soemitro pernah mendirikan dan memimpin loji Serajoedal di Purwokerto yang beroperasi sampai 1942. Pada tahun 1955 Soemitro mendirikan loji Purwo-Daksina di Jakarta, loji Pamitraan di Surabaya, loji Bhakti di Semarang, loji Dharma di Bandung, dan puncaknya masih pada tahun yang sama, ia mendirikan Tarekat Mason Indonesia serta diangkat menjadi Suhu Agung pertamanya.

sumber : https://mooibandoeng.wordpress.com/…/dari-lasmanah-di-tama…/
11.13.2016
Posted by ngatmow

CPMI VIII 2016 Yogyakarta, catatan manis meski menangis

Canon Photo Marathon Indonesia (CPMI) kembali digelar tahun ini (2016). Dari 3 kota penyelenggara, Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, hanya di kota ke dua saya berani berangkat. Kenapa ? sebab hanya Yogyakarta lah yang paling istimewa......halah........
Bukan ding, karena kota ini yang paling dekat jaraknya dengan tanah dimana saya berpijak saat ini. Banjarnegara.........

Sebanyak 1800 lebih kepala bertopi merah khas Canon hari itu tanggal 30 Oktober 2016 memenuhi hall Hartono Mall untuk sekedar piknik sambil ikut meramaikan pagelaran yang bisa dikatakan Lebarannya fotografer lomba. Kenapa ? sebab para penggila lomba kumpul semua di sini. Dari yang langganan juara tingkat nasional sampai para juara lomba foto tingkat rt ada semua (kecuali yang absen tentunya).....

Rame.......
Minder.......??
Pasti, apalagi yang pemalu seperti saya, begitu ketemu sama senior senior seketika itu juga bawaannya jadi gemeteran, perut mual, lemes dan lapar dahaga.....hehehe.......

Back to CPMI VIII 2016 Yogyakarta,
pada kesempatan yang berbahagia itu ada 3 tema yang ditentukan oleh panitia. Bhineka Tunggal Ika, Generasi Penerus dan Senja di Yogyakarta. Mendengar tema tema semacam itu saja banyak peserta yang langsung mengeluh dan mengeluarkan kebun binatang dari mulutnya. Untung saja saya pinter, jadi begitu mendengar tema disebutkan pikiran saya langsung melayang menembus awan. Gelap......
Maklum, saya pinternya hanya mencari alasan saja. Bukan yang lain hehehe......

Tema I : Bhineka Tunggal Ika

Buset........ mau motret apa coba kira kira kalau temanya seperti itu ? Dan dengan sejam perenungan sambil jalan kesana kemari bareng adek lanang, saya motret 2 objek.



Dari kedua foto itu, foto pertama yang saya submitkan ke mbak mbak cantik penunggu laptop submiter, hasilnya ? foto kedua (tapi milik orang lain yang sangat mirip) lah yang masuk sebagai finalis..................

Tema II : Penerasi Penerus

Untuk tema ini sebenarnya saya banyak ide "gila" didalam kepala. namun karena geblegnya saya, begitu ponsel berdering dan ada suara diseberang sana yang menanyakan kabar............ide itu ambyarrrrrr................... ilang semua.
Hasilnya, dengan kepanikan tingkat tinggi, dan dengan diiringi lagunya Marsmello yang Alone, saya sukses motret sekenanya.



Ada 2 foto yang jadi pilihan saya, tapi yang akhirnya di masukkan ke mbak mbak submiter #ehhhh ..... foto yang kedua. Hasilnya ? zonk lagi....... dan ada foto mirip foto pertama yang lagi lagi jadi finalis. Damn............

Tema III : Senja di Yogyakarta

Nah ini....... tema ini sebenernya sudah saya perkirakan sebelumnya (bisa dibuktikan dengan request saya kepada adek lanang - Ajru untuk bawa kendaraan roda 2 ke lokasi). Tapi yang kemudian bikin kaget adalah waktu yang diberikan hanya 45 menit. Sedangkan menurut perkiraan saya, untuk mencapai spot tertentu dari lokasi membutuhkan waktu kurang lebih sejam........shit !!!

But the show must go on, Adek lanang mengendarai motor menuju Tugu Jogja sudah luar biasa cepet dan nekat (menurit saya), tapi di tengah perjalanan kami dilewati dua sepeda motor dengan pengendara yang juga memakai atribut CPMI ke arah yang sama, sambil cekikikan. Cewek pula ....... !!! kan sakit tuh.....

Akhirnya, karena merasa ragu dengan tujuan awal, maka kami ganti tujuan dan mengambil foto ini


Dan ketika pengumuman juara untuk tema terakhir ini tidak lain dan tidak bukan adalah foto TUGU JOGJA !!!! Bisa dibayangkan betapa sikaknya ?
Ekstremly Damned pokoknya .................

Bay the way, meskipun masih belum berhasil menjadi juara pada gelaran tahun ini, ada banyak hal yang kemudian menjadi pelajaran buat saya pribadi sebagai penggemar lomba semacam CPMI ini....
  1. Berdoa dulu, cuci tangan dan kaki, gosok gigi........
  2. Dalam lomba jangan mudah panik, tetap fokus......
  3. Jangan lupa makan dulu biar tidak panik dan bingungan.
  4. Gunakan pikiran liar ketika mencari objek tema. Kenapa ? sebab bagi yang sudah terlalu banyak referensi gambar di otak secara otomatis akan terpaku pada "contoh" yang sudah ada, dan bahkan sering takut alias tidak berani berimprovisasi.
  5. Pede yang tidak kepedean....... pastinya
  6. Jangan menyinggung,  memotret, menyentuh, memegang apalagi meraba hal hal yang tidak semestinya. seperti contoh foto saya untuk tema 3, saya ga habis pikir kenapa waktu itu saya motret itu ? kan itu instansi diluar penyelenggaraan CPMI dan bukan tugu jogja.....bukan pula angkringan dan foto Hartono Mall ....... 

Memang sih ga ada gunanya memalukan diri sendiri karena nggak bissa lolos ke Jepang sebagai hadiah juara umum CPMI VIII itu. Temennya banyak banget kok.......1800 orang lebih lho, kurang satu......pak insinyur yang akhirnya jadi jawara.......
Yang jelas, saya jadi ketemu kawan kawan lama yang sangat sangat sult ditemui

Rombongan KPFB goes to CPMI VIII

Kloter KoFiPon at CPMI VIII

Sama senior StreetPhotography, Wa Baldy Patikraja
So, semoga tahun depan pada pagelaran Canon Photo Marathon Indonesia IX yang entah dimana saya bisa berangkat dan bisa membawa pulang hadiahnya. Sukur sukur bisa membawa satu tiket perjalanan piknik ke luar negeri..... Amin.......
Sekarang, sambil diiringi In the name of love nya Martin Garrix & Bebe Rexha, mari kita ngopi sodara sodara......................

11.08.2016
Posted by ngatmow

We will always love you mom.......

Innalillahi wainna ilaihi roji'un.......

Tepat jam 01.20 WIB tanggal 5 September 2016 ibu tercinta dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Setelah perjuangan panjang selama 6 tahun melawan Diabetes, dan 6 bulan terakhir keluar masuk Rumah Sakit, akhirnya sampai ibu ditakdirkan harus berpulang pada-Nya.

Hancur hati ini rasanya mengingat bahwa sebagai seorang anak saya belum bisa membahagiakan beliau, belum bisa memenuhi apa yang pernah dicita citakan beliau, belum bisa mengantar beliau piknik ke pantai Karangbolong lagi untuk sekedar ber melodi memory mengenang masa dulu
belum bisa menghantarkan beliau menunaikan ibadah haji yang sebenarnya tinggal menunggu satu tahun lagi........

Beberapa saat yang lalu, waktu beliau masih dirawat di PKU Muhammadiyah Wonosobo, sebenarnya saya seolah olah sudah diberi isyarat bahwa akan ditinggalkan utnuk selamanya. Salah satunya adalah dengan berbisik " ibu titip bapak ya...... adikmu tolong didampingi.......kasihan" 
Ada lagi pesan tersirat beliau waktu mengatakan ingin dekat dengan bu AR, salah satu sahabat karibnya yang sudah berpulang beberapa tahun yang lalu.
Deg......

Tapi semua itu ingin rasanya saya tepis dan buang jauh jauh dari dalam isi kepala.....

Sampai akhirnya berita itu datang........




Ibu,  pecah air mata yang tidak pernah menetes selama ini ketika  harus meletakkan ibu di pembaringan terakhir itu.....
ada rasa kehilangan yang tidak tertahankan yang bergejolak dalam dada ini........ namun itu harus segera dihilangkan bukan ? saya harus ikhlas. Harus merelakan ibu berpulang ke pemilik semua kehidupan di dunia ini.......





"ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA 'AAFIHI WA'FU 'ANHU WA AKRIM NUZULAHU WA WASSI' MUDKHALAHU WAGHSILHU BILMAA`I WATS TSALJI WAL BARADI WA NAQQIHI MINAL KHATHAAYAA KAMAA NAQQAITATS TSAUBAL ABYADLA MINAD DANASI WA ABDILHU DAARAN KHAIRAN MIN DAARIHI WA AHLAN KHAIRAN MIN AHLIHI WA ZAUJAN KHAIRAN MIN ZAUJIHI WA ADKHILHUL JANNATA WA A'IDZHU MIN 'ADZAABIL QABRI AU MIN 'ADZAABIN NAAR.

Artinya : "(Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya -di dunia- dengan rumah yang lebih baik -di akhirat- serta gantilah keluarganya -di dunia- dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka)


Ibu, rasanya saya sudah tidak sanggup menulis apa apa lagi saat ini, layaknya ibu yang tetap menulis diary ketika sedang berjuang melawan sakit.......
Hanya doa yang bisa kami sebagai anakmu bisa panjatkan kepada Allah SWT, agar ibu beristirahat dengan tenang untuk menghadap-Nya, mendapat tempat yang terindah di sisi-Nya, mendapatkan penerangan di alam-Nya, serta mendapat anugerah khusnul khotimah dari-Nya.... Aminn.........

We will always love you Mom.......


Bersama ibu tahun 2013
Nikahan Anis - Santi (28/3/2016)



Mei 2016 - zizi ngumpet 

9.09.2016
Posted by ngatmow

Rokok naik 50 ribu ? hemmm ......

Sudah seminggu ini saya menunggu dan wira wiri ke toko toko kembar macam Indongapret sama Alamat. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan hanya untuk "bola bali " mlirik harga rokok yang katanya mau naik sampai ke angka 50.00 rupiah per bungkusnya.

Weh ?
Yup. sudah sejak awal bulan lalu pemerintah mengeluarkan wacana bahwa harga rokok akan naik berkali kali lipat dan para perokok di negeri ini mau tidak mau harus segera melupakan harga per bungkus rokok di angka 13.000 - 15.000an. Sebetulnya sih tidak ada yang aneh di balik isu harga rokok yang melejit menjadi 50.000 rupiah perbungkus itu. paling hanya taktik pertempuran marketing yang biasa saja man...

Kalau menurut bang Puthut EA dalam tulisannya di mojok.co, kira kira alurnya begini:

Kaum antirokok membuat studi, di harga berapakah para perokok akan berhenti merokok? Didapatlah harga 50.000 perbungkus. Kemudian penelitian ini didesiminasikan ke beberapa situsweb abal-abal. Diperbesar dengan tim buzzer di dunia maya, plus segala gimmick nan kreatif.
Ketika mulai ramai, maka langkah selanjutnya, mereka melakukan placement di media-media besar yang seakan-akan berita. Taktik yang dipakai berupa tanggapan tokoh lewat teknik doorstop. Para tokoh diwawancara dengan pertanyaan:
‘Apa tanggapan Bapak/Ibu dengan usulan masyarakat bahwa harga rokok sebaiknya dinaikkan menjadi 50.000 perbungkus?’

Dasar elit politik di negeri pencitraan, bukannya bertanya balik untuk mengkritisi, kebanyakan dari mereka berkomentar mendukung naiknya harga rokok. Politikus-politikus macam begitulah yang banyak menjadi korban para pakar hoax dunia maya. Malu bertanya, ancur muka kemudian. Jawaban-jawaban itu kemudian dipelintir, ditambah dengan penguatan dari para opinion leaders yang sudah digalang sebelumnya. Jadi itu barang. Isunya terbungkus rapi. Siap dihadiahkan ke ‘leading sectors’ untuk diberi tanggapan. Para jubir di leading sectors ini bukan politikus. Mereka menjawab normatif. Jadilah isu yang semula berasal dari ‘kajian’, berubah menjadi ‘usulan’, bergeser menjadi ‘seakan-akan mau terjadi’, lalu matang dalam isu: ‘sudah pasti terjadi’.
Masuk itu barang.
Ngeri-ngeri sedap.
Elok tenan!

Isu makin legit karena para politikus prorokok juga ikut latah menanggapi. Menari di atas gendang yang dipukul lawan. Plus, perang netizen di dunia maya yang terus berkobar. Sepintas semua berjalan dengan sempurna. Isu yang ‘sudah pasti terjadi’ ini tinggal digiling di ‘mesin akhir tim’ yang sudah siap di Pemerintah.
Para kaum antirokok pasti tahu yang saya maksud…

Tapi ternyata isu dunia maya berikut pelintirannya berbalik cepat seketika. Pasalnya ada dua.
Pertama, bagi para intelektual tertentu, tahu persis bahwa harga rokok naik menjadi 50.000 perbungkus itu tidak akan bisa terjadi. Karena komponen cukai, yang menyebabkan harga rokok selalu naik, punya hukum, aturan, dan perhitungan tersendiri. Ketika para pakar ini mulai berkomentar, arus mulai berbalik.
Kedua, di dunia nyata, para pakar pemasaran dan ahli-ahli strategi pasar setiap pabrik dan toko-toko ritel justru senang dengan isu tersebut.
Fakta di lapangan, dalam kurang-lebih seminggu isu ini bergulir, toko-toko mulai merasakan dampaknya. Para pembeli rokok yang rata-rata membeli sebungkus, kini berubah menjadi dua bungkus. Permintaan pasar naik menjadi dua kali lipat.

Datanglah ke gerai-gerai minimarket, dan tanyalah ke para penjaga maka muka mereka penuh senyum.
“Tidak sekalian beli tiga, Pak. Mumpung harga rokok belum naik jadi 50.000 perbungkus, lho…” ucap mereka dengan muka manis sembari menyimpan sejenis senyum tipis, dan membatin,
“Bego banget orang ini, ganteng-ganteng mudah kena hoax…”
Mbak-mbak SPG yang semula lebih banyak tersenyum daripada menjelaskan soal rokok jualan mereka, mulai minggu kemarin mulai menutup penjelasan dengan kalimat,
“Mumpung harga rokok belum naik jadi 50.000 lho, Pak…” ujar mereka sambil tersenyum penuh kegelian kalau kemudian menyaksikan ada orang yang merasa panik dengan kalimat ancaman itu.

Afiliasi antara para jagoan marketing rokok di lapangan dengan para manajer toko inilah yang membuat rokok laku makin menggila. Isu di dunia maya yang seakan para antirokok menang, justru dipelintir orang-orang marketing pabrik rokok yang memang teruji matang di lapangan.
Arus berbalik dua kali lipat. Di kepala mereka, seolah ada doa:
“Semoga isu ini bertahan lama… Laris. Laris. Laris, beib!”
Jauh hari sebelum para pakar hoax menjadi profesi, orang-orang marketing pabrik rokok ini sudah diuji dengan perang dagang sesungguhnya, menguasai toko demi toko, kampung demi kampung. Ukuran karier mereka jelas. Tidak ada istilah suka atau tidak suka. Tidak ada tempat bagi orang yang lebih suka bicara dibanding bekerja.

Semua berhenti di satu kata: Omzet.

Mereka sejak dulu sudah terlatih menangani isu-isu. “Rokok Marlboro itu bukan dari tembakau, tapi dari kertas. Kalau tidak percaya, rendamlah sebatang rokok Marlboro di dalam gelas. Nanti dia akan berubah menjadi kertas.”
Bagi orang yang mendalami dunia rokok, ini sangat menggelikan. Rokok putih memakai jenis tembakau virginia. Karakter tembakau virginia memang mirip kertas. Apalagi kalau basah. Sudah pasti mirip kertas.
Mereka, para jagoan marketing pabrik rokok, sudah biasa anjlok bersama isu. Djarum pernah diterpa isu: ‘Demi Jesus Aku Rela Untuk Mati’. Omzet langsung jatuh. Tapi kemudian mereka bisa bangkit lagi.

Contoh lain. Salah satu produk Gudang Garam yang semula tumbuh, tiba-tiba ambruk. Gudang Garam tahu persis kalau salah satu kelemahan rokok saat itu adalah mudah patah. Mereka kemudian menciptakan produk yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bisa patah. Produk premium itu langsung laris di pasar.
Tapi terhenti tiba-tiba hanya karena satu isu: “Tidak bisa patah karena ada plastiknya.” Begitu isu itu beredar, produk itu langsung wasalam.
Bayangkan, orang-orang macam ini, yang sudah biasa tiap tahun kena isu ‘rokok mengandung babi’, bertarung siang malam dengan para kompetitor, mendapati hoax ‘harga rokok naik menjadi 50.000 perbungkus’, hati mereka bukannya sedih malah merasa riang gembira.
Isu itu diambil alih oleh mereka. Isu yang mestinya bakal bikin orang tidak lagi merokok malah membuat perokok mengonsumsi rokok dua kali lipat. Bajilak, bukan?

Hal seperti inilah yang membuat para aktivis antirokok selalu kemut-kemut. Pusing.
Sebagian dari mereka memang lulusan dari ilmu komunikasi, tapi mereka gagap berkomunikasi dengan masyarakat, dan gagal memahami logika masyarakat. Sebagian dari mereka lagi adalah para wartawan yang gagal membangun karier kewartawanan mereka. Kalau membangun karier saja gagal, apalagi membangun rumahtangga? Eh, membangun isu, maksud saya.
Sebagian dari mereka yang lain adalah para dokter, tapi sudah lama mereka tidak praktek. Soalnya lebih enak makan uang perdiem daripada uang layanan kesehatan dari pasien. Sudah lupa caranya menyuntik, karena lebih mudah disuntik program dari funding.


*Sumber tulisan asli bang Puthut EA dalam tulisannya di mojok.co

Dieng Culture Festival VII : Sekelumit cerita behind the scene

Tanggal 5,6 dan 7 Agustus kemaren Dieng dipadati oleh ribuan manusia yang datang entah dari mana asalnya. Tujuannya sama. Ingin merasakan euforia Dieng Culture Festival ke 7 yang sudah digaungkan oleh media media massa nasional berbulan bulan sebelumnya.

Yes, Dieng Culture Festival atau yang biasa disingkat sebagai DCF ini memang sebuah agenda rutin prosesi ruwatan (penyucian) rambut gembel yang digelar oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat setiap tahun. Tentu saja dengan beragam modifikasi acara (seperti Pesta lampion, Jazz atas awan, sunrise di Sikunir dan Pangonan, dan sebagainya), mendatangkan bintang tamu dari ibu kota dan berbagai hal menarik lainnya yang bagi sebagian orang sangat sayang untuk dilewatkan.

Seperti juga tahun ini, pihak penyelenggara memberikan banyak sentuhan seni modern (dengan bekerjasama bersama mahasiswa ISI) dan mengundang tokoh populer seperti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Cak Nun dan penyanyi kondang, Anji. Dan pastinya hal itu menjadi satu daya tarik yang luar biasa bagi pengunjung untuk rela merogoh koceknya lumayan dalam demi mendapatkan selembar tiket masuk ke arena konser jazz, lampion dan ritual potong rambut gembel.

Meskipun saya hanya pada hari terakhir alias hanya pada hari Minggu tanggal 7 Agustus 2016 saja berada di Dieng, namun ada beberapa hal yang sangat membuat saya merasa bahwa ada yang berbeda pada pelaksanaan DCF tahun ini dengan tahun tahun lainnya. Beberapa hal yang berbeda adalah jumlah pengunjung yang lebih padat antara tahun ini dengan tahun sebelumnya, kemacetan yang semakin parah, penataan lokasi tiap bagian event yang tertata rapi, lokasi Camping Ground yang semakin banyak, juga tarif parkir yang mencapai angka Rp. 10.000 ,-

What the hell that !!!!

Sepuluh ribu cuman buat bayar parkir ? F*#k that........
Itu perbuatan yang sangat tidak terpuji kisanak..... memanfaatkan momen seperti ini hanya untuk mencari keuntungan sementara. Bayangkan saja apabila tahun depan pengunjung datang ke Dieng dengan berjalan kaki...... mau cari uang dari mana kalian ? parkir kaki ???

Oke, lupakan sejenak soal itu...... kembali ke jalannya DCF, setelah saya masuk lokasi dan bertemu dengan beberapa orang kawan, ternyata apa yang alami soal parkir kendaraan itu belum apa apa. Banyak terjadi hal lain yang lebih parah dan tentu aja memalukan. Misalnya ada petugas penarik bea kebersihan untuk tiap tenda di Camping Ground pada jam 2 malam...... Jam 2 malam men......... Gila apa......... besarannya 25.000 per tenda, tapi paginya bahkan sampai siang harinya lokasi itu ga ada bersih bersihnya sama sekali. Dan itu belum termasuk dari biaya sebesar Rp. 175.000,- untuk setiap kaplingan dum alias tenda yang sudah harus dipesan jauh jauh hari sebelumnya. Kan Fak namanya.......

Tapi ada yang menarik pada perhelatan DCF  yang ke 7 ini, pada setiap pintu masuk event ada penjaga gawang eh palang yang cukup tegas. Para penjaga ini terdiri dari gabungan petugas keamanan dari pihak panitia bekerjasama dengan Satuan Polisi pamong Praja Kabupaten Banjarnegara. Saking tegasnya, mereka sampai menolak, bahkan berani beradu mulut  dengan beberapa orang yang mengaku sebagai korps baju coklat (you know who lah ) yang hanya membawa satu kartu tiket masuk. Salut..........

By the way, ada satu moment yang tidak terduga dan tidak akan terlupakan bagi saya pribadi pada DCF kali ini yaitu secara tidak sengaja bertemu dengan tokoh tokoh fotografi yang selama ini saya kagumi meskipun hanya lewat internet, media sosial dan hasil browsing di internat saja, sebuah kehormatan dan kebanggaan besar bagi saya bisa berbagi waktu untuk mengobrol sambil menunggu ritual larung rambut gembel di telaga warna bersama seorang koordinator juri Salon foto 2016 kategori cetak warna Om Rasmono Sudarjo, om tukang dolan Tan Kiki, om makrodin Ronny Santoso , bang juwara Fadkus, Om eh bli Nyoman Butur Suantara, dan guru motret saya pak Agus Nonot. Hanya 3 jam namun cerita tentang pengalaman mereka membuat saya dan Bhakti seperti merasa bahwa waktu sesebentar itu seolah sudah memberi kami sebuah pengalaman fotografi yang luar biasa. Kurang dan tidak cukup tentu saja........


Diluar itu semua, ada sedikit unek unek yang pingin saya tulis disini dan semoga ada panitia tahunan DCF yang sempat untuk membacanya. Ada sedikit usul dari saya pribadi utnuk menambah panggung tempat memotret untuk wartawan di acara jamasan dan potong rambut. Sebab dua panggung dengan luas yang hanya beberapa meter seperti kemarin masih sangat kurang. banyak rekan wartawan yang tidak kebagian tempat di atas (panggung) karena di tempat yang seharusnya untuk mereka sudah ditempati orang lain. Dan untuk mengatasinya mungkin perlu ditempatkan personel keamanan khusus yang bertugas mengecek kartu identitas setiap orang yang hendak naik kesana.

Selain itu perlu diterapkan aturan bahwa tongsis dan tripot SANGAT DIHARAMKAN berada di barisan depan pengunjung. Sebab hanya alayers dan mereka yang tidak peduli lingkunganlah yang akan menggunakannya di depan barisan tanpa memperhatikan belakangnya yang tentu saja mengambil foto juga. Kalau perlu tindak tegas dan usir dari barisan. Biar tahu rasa......

Kenapa kedua hal itu menurut saya penting? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena bagaimanapun "besarnya" DCF adalah karena pemberitaan media dan foto foto di media sosial masyarakat. apabila foto yang dihasilkan bagus dan menarik juga tanpa cacat, maka hal tersebut akan menjadi viral dan masyarakat umum akan menjadi penasaran. Imbasnya adalah meningkatnya jumlah pengunjung pada pelaksanaan DCF di tahun tahun berikutnya.
Selain itu hal tersebut juga akan sangat membantu tugas teman teman wartawan sehingga mereka tidak lagi menggerutu (meminjam kalimat mas Anis Efizudin)
" nek ngene iki aku yo ra biso kerjoooo....... "

" Welcome to the Republic of Tongsis " by 

Adi Nur Cahyono, dari MathCity Map (MCM) sampai Pokemon GO

Akhir akhir ini dunia sedang heboh dengan fenomena Pokemon GO. Hampir setiap menit kita disuguhi berita-berita yang berkaitan dengannya. Mulai dari aspek positif, negatif, review, sampai pada cara meng-hack dan trik-trik dalam mengakali permainan ini. dan memang Pokemon GO ini merupakan terobosan baru dalam cara bermain game. Jika selama ini games diasosiasikan sebagai permainan indoor, maka Pokemon GO melabrak stereotipe itu. Para player atau disebut Pokemon Trainer harus keluar ruangan untuk berburu Pokemon. Adanya feature ini ternyata disambut baik. Lalu bagaimana dengan Indonesia, apakah kita hanya menjadi pasar saja? Mampukah kita mengembangkan game-game seru (dan juga mendidik) yang bisa menyamai dan melebihi Pokemon GO?

Ternyata ada game menarik yang sedang dikembangkan, bahkan lebih bernuansa pendidikan. Game ini dikenal dengan MathCity Map (MCM). Cara memainkannya kurang lebih sama. Player dengan menggunakan smartphone dan terkoneksi dengan GPS dapat menginstal aplikasi MCM (dapat diunduh di sini , di sini dan Google Play). Selanjutnya, player akan diminta untuk menelusuri jalan-jalan sesuai peta untuk menemukan suatu post. Kemudian di post tersebut, player akan mendapat task untuk memecahkan problem matematika yang berhubungan dengan tempat, bangunan atau benda disekitarnya. Misalnya, di lokasi post ada sebuah kolam besar, maka player diminta untuk menghitung berapa botol air (volume 1500mL) yang diperlukan untuk mengisi kolam. Jika belum mampu menjawab, maka player dapat membuka fitur bantuan (hint) untuk memperoleh informasi tambahan.



Pertanyaannya pun dirancang agar player dapat memecahkan task dengan strateginya sendiri. Misalnya untuk mengukur volume kolam maka perlu mengukur diameter kolam. Bagaimana mengukur diameter kolam besar yang berisi air hanya dengan penggaris?

Games ini dirancang agar player dapat merasakan pengalaman memecahkan matematika di tempat dan situsi yang riil. Jadi, matematika tidak bersifat abstract dan persoalan matematika dapat ditemui di tempat-tempat umum entah sekolah, pasar, taman atau tempat lainnya. Pelajar pun antusias karena belajar matematika tidak hanya di kelas. MCM ini merupakan proyek riset dari Goethe-Universität Frankfurt a.M., dimana salah satu pengembangnya adalah Adi Nur Cahyono, seorang dosen muda di Universitas Negeri Semarang.

Siapakah Adi Nur Cahyono ini ? Dia adalah seorang pemuda kelahiran sebuah kota kecil di Jawa Tengah, Banjarnegara, 34 Tahun Silam. Kecintaannya kepada Matematika dan dunia pendidikan membawanya berkelana untuk mengajar baik di kota kelahiran maupun di perantauan. SMA Kartini Semarang (2005-2007), SMA N 1 Banjarnegara RSBI dan UPBJJ Universitas Terbuka (2007-2008), IKIP PGRI Semarang (2008) dan Universitas Negeri Semarang (2009 - sekarang) sempat menjadi pelabuhannya dalam ber-Matematika.

foto by Adi Nur Cahyono
Seingat saya, dulu pada tahun 2014, bapak satu anak ini pernah memposting sebuah foto di akun Facebook dan instagramnya dimana dia sedang mempresentasikan dua buah peta yang terpampang pada dua buah smartphone. Ketika itu saya berkomentar dengan sedikit olokan bahwa dia sedang mempresentasikan hasil jalan jalan dan kegiatan memotretnya di Jerman (dan pada waktu itu saya sama sekali belum ngeh apalagi terpikirkan bahwa itu adalah sebuah aplikasi untuk smartphone yang sekarang ternyata sangat wow sekali).

Dan sebagai seorang pemuda yang kekinian, dalam kegiatan kesehariannya bapak yang sayang anak ini juga ternyata sudah memiliki aplikasi Pokemon GO juga di dalam smartphonenya. Sehingga kegiatan melipirnya ketika sedang mengantar sang buah hati ke Kindergarten alias TK di Frankfurt sana juga diselingi mencari Pokemon kamana mana.

 foto by Adi Nur Cahyono
Sekedar info, saat ini peta untuk aplikasi  MathCity Map (MCM) sudah tersedia untuk seluruh dunia, tapi tasks baru tersedia untuk kota Frankfurt dan Semarang. Sementara untuk kota-kota lain masih menunggu kolaborasi dari kota/ negara lain utk bekerjasama. Apakah ada yang tertarik untuk mengisi task di kota Anda? halo para pengembang aplikasi ?

Saya pun membayangkan kalau game ini tidak hanya untuk matematika, tapi bisa terintegrasi untuk bidang lain, entah sejarah, budaya, ekonomi, fisika, kimia, dan bidang lainnya.  Tapi namanya akan berubah jadi seperti apa ya ? ada ide ?


*Disadur dari sumber tulisan asli : http://www.kompasiana.com/yousufkurniawan dengan sedikit penambahan
7.20.2016
Posted by ngatmow

Bukit Asmara Situk, surga baru yang syahdu

Banjarnegara memang sebuah kota kecil yang jarang tereksplor setiap sudutnya. Sisi pariwisata yang bagi kota lain merupakan sebuah lahan pendapatan yang cukup baguspun seolah tidak dihiraukan oleh pemerintah setempat ataupun oleh pihak yang "berwajib". Bahkan, ketika ada seorang warga yang melaporkan bahwa salah satu destinasi wisata yang jelas jelas masuk wilayah Banjarnegara, dimasukkan dalam peta wisata dan bahkan menjadi ikon wisata kota tetangga pun seolah  tidak ada greget untuk menindaklanjutinya. Hanya sebuah kalimat singkat yang jadi jawabnya.....
" Biarkan saja mereka yang promosi tempat itu, yang penting kita yang dapat retribusi masuknya ....... "
Buset....... jawaban macam apa itu ???

Ah sudahlah, tidak usah dipikirkan..... sekarang mari kita jalan jalan saja keliling kota kecil yang (sesungguhnya) sangat indah ini......

Kali ini, tujuan saya adalah Desa Kalilunjar, Kecamatan Banjarmangu yang terletak kurang lebih 30 menit dari pusat kota menuju ke arah timur atau searah dengan perjalanan menuju Dieng via Banjarnegara. Di desa ini, ada satu destinasi wisata baru yang cukup menarik perhatian masyarakat Banjarnegara pada umumnya yaitu Bukit Asmara Situk. Bukit Asmara Situk (BAS) merupakan objek wisata alam yang menawarkan pemandangan dari ketinggian yang bisa dinikmati sambil bersantai di rumah-rumah pohon yang telah disediakan. Selain itu ada beberapa petilasan dan gua jepang yang sangat menarik untuk dijelajahi.


Oke, sesampainya di Desa Kalilunjar, tempat yang langsung saya tuju adalah balai desa. Kenapa? sebab Balai desa dan lapangan voli di dekat SD Kalilunjar atau di seberang jalan balai desa untuk sementara ini difungsikan sebagai tempat parkir pengunjung sampai tempat parkir sebenarnya selesai dibangun. Untuk memasuki area BAS, kita akan dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 5000,- dan setelahnya cukup mengikuti baliho yang menunjukkan arah menuju puncak bukit.

Bagi jenis manusia yang kurang olah raga seperti saya, perjalanan untuk naik ke puncak Situk yang bertinggi 683 mdpl adalah sebuah perjuangan yang sangat melelahkan (padahal trek naik hanya 20 - 30 menit saja, itupun versi saya), namun tidak begitu bagi mereka yang gemar mendaki gunung ataupun olahragawan yang berbodi atletis waktu tempuh yang dibutuhkan jelas lebih cepat, hanya 10 - 15 menit saja. Nah lho.....
Yang jelas, semua rasa lelah akan hilang ketika kita sudah berada di puncaknya. Beragam rumah pohon dengan bentuk yang unik dan menarik dengan background alam menghijau yang luas membentang akan "memaksa" kita untuk berselfie ria dan mengabadikan keindahannya.


Setelah cukup lama berada di puncak, perjalanan kembali ke tempat parkir kendaraan bisa dilakukan melalui 2 jalur. Pertama, dengan meneruskan perjalanan melewati Bukit bambu Situk, dimana trek berubah menurun dengan cukup terjal namun cukup aman karena sudah disediakan pegangan dari bambu di sisi kanan dan kiri jalan setapak yang juga berfungsi sebagai batas lintas. Dan ternyata view yang disuguhkan disini semakin mantab sodara sodara..... pemandangan lembah dan ngarai Situk semakin jelas keistimewaannya. Dengan sungai Mrawu mengalir berkelak kelok di bawahnya, pepohonan hijau yang membentang hampir di seluruh permukaan tanah di sepanjang penglihatan berpadu asik dengan selingan warna warni atap rumah warga. Subhanallah ..........

Setelah berjalan 10 menit, kita akan berada di persimpangan dimana salah satunya akan membawa kita kembali ke Balai desa Kalilunjar, dan satunya lagi menuju ke gua jepang. Nah untuk trek yang kedua ini, jalan setapak yang akan kita lewati memiliki kemiringan yang cukup ekstrim sehingga perlu kehati hatian ekstra untuk melewatinya. namun adanya pengaman di kiri dan kanan jalan ini sangat membantu pengunjung yang kurang berpengalaman di trek semacam ini.
Sebagai informasi, Gua Jepang di Bukit Asmara Situk (BAS) sesungguhnya adalah lubang berjumlah 6 buah yang dibuat di dinding dua bukit dengan berposisi saling berhadapan dengan dipisahkan oleh jalur air Sungai Mrawu di bawahnya dan sejatinya akan difungsikan sebagai semacam "cakar ayam" untuk bendungan yang proyek pengerjaannya berhenti dan entah kapan akan dimulai lagi.
namun begitu, dengan kreatifitas Pak Lurah Slamet dan Karang Taruna Desa Kalilunjar, gua gua terbengkelai ini disulap menjadi satu destinasi wisata menarik dengan lampu yang berpendar warna warni didalamnya sehingga memberikan kesan pengalaman yang berbeda bagi pengunjungnya. It's so Amazing......



Oya ada satu hal yang terlintas dalam pikiran saya sodara sodara, dengan kondisi alam yang full tebing dan jurang yang curam macam ini, akan sangat mudah bagi mereka mereka yang sedang berotak kacau dan berpikiran berat serta membawa beban hidup yang membuatnya putus asa, untuk melakukan hal hal yang tidak diinginkan disini. So, bagi pengunjung dan calon pengunjung yang akan ke BAS, mohon jangan bawa teman, saudara, atau bahkan pacar anda ke sini apabila sedang putus asa, kacau dan butuh tempat untuk pelarian ........... Pliss deh.....

foto by Daffa Abiyu Zada
After All (halah) ..... Bukit Asmara Situk (BAS) di desa Kalilunjar ini adalah satu destinasi wisata yang sangat menarik dan wajib dikunjungi bagi masyarakat lokal maupun pendatang di Banjarnegara. Selain sebagai sarana olahraga, juga sarana untuk merefresh pikiran...... percayalah percayalah ......


Jangan lupa bahagia sodara sodara ...............


4.05.2016
Posted by ngatmow

Instagram

Arsip

Copyright 2008 ZISBOX- Metrominimalist | Template Diutak atik Ngatmow Prawierow