Mbok Brendung, boneka cantik penuh magis pemanggil hujan

Pernah terbayang ga ada sebuah boneka yang bisa "mengendalikan" beberapa orang dewasa sekaligus sampai mereka bergulingan di tanah sambil makan kembang ?

Keren kan ?
Pastinya.........

Foto by Toha Trend - KPFB


Itulah sedikit gambaran tentang kesenian brendung sodara sodara. Pernah dengar ?
Kesenian Brendung merupakan salah satu kesenian yang bisa kita jumpai di Desa Bedana, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara. Sebenernya sih kalau kita googling, ada sumber yang menyebutkan bahwa kesenian ini berasal dari daerah Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang yang masih dipertahankan oleh entitas masyarakat wong kaso (suku kaso-yang dikenal sebagai suku samin-nya Kabupaten Pemalang) #katagoogle tapi kita nggak akan membahas sampai ke situ kok.....

Oke ? 
skip .....

Lalu, apa sih Kesenian Brendung itu ?

Menurut masyarakat yang masih melestarikannya (khususnya masyarakat di wilayah utara Jawa Tengah), baik di Desa Bedana Kecamatan Kalibening maupun di wilayah Kabupaten Pemalang dan Pekalongan, semua sepakat bahwa asal kata “brendung” adalah dari kata sebutan untuk bidadari. Sebab memang kesenian ini melibatkan semacam boneka yang cantik dan memiliki sedikit kemiripan dengan Jelangkung, hanya saja terdapat perbedaan dari bahan pembuatnya dan cara memainkannya.

Boneka yang disebut oleh masyarakat desa Bedana sebagai “mbok brendung” ini bagian kepalanya terbuat dari siwur (gayung dari tempurung kelapa), sedangkan tubuhnya terbuat dari bubu (alat penangkap ikan dari anyaman bambu) yang kemudian dirias sedemikian rupa, dipakaikan baju sehingga menyerupai wanita cantik, lalu dilengkapi dengan sesajen, dupa, serta diberikan asesoris bunga-bunga seperti kembang kamboja dan kembang telon (bunga tiga jenis yaitu mawar, melati dan kantil) yang diikat dengan angking.

Dalam melakukan kesenian brendung ini dibutuhkan lebih dari 8 orang laki laki dan 4 atau 6 wanita diperbantukan sebagai pelantun (penyanyi) sambil membunyikan musik sederhana dari lesung dan  beberapa alat dapur yang dipukul-pukul membentuk suatu irama tertentu, sedangkan pemimpin ritual ini disebut sebagai “mlandang“. (Kata mlandang ini dimungkinkan adalah serapan dari kata dalang:ndalang)

Tugas mlandang memainkan boneka bidadari (brendung) tersebut sekaligus sebagai pemeran utama dalam pementasan lakonnya, sedangkan para laki laki lainnya bertugas memegang tali dari 4 sisi supaya boneka bidadari atau brendung tidak lepas terbang.

terbang ?
yes.......

Pada awalnya boneka itu akan bergerak dalam tempo lambat, lalu semakin lama semakin kuat. Seperti layaknya seorang penari yang mabuk kegirangan karena senandung syair dan mantra yang memujinya. 

foto by Mas Diran - KPFB
Lambat laun, dengan semakin bersemangatnya lagu lagu pantun/wangsalan dialunkan dan animo pertunjukan yang semakin semarak, boneka tersebut seolah semakin "menggila" bergerak menari-nari sendiri, keempat sampur yang dipegang oleh 4 orang laki laki dari berbagai sisi itupun terasa semakin berat dan liar. Pada fase ini, diyakini boneka brendung itu sudah berhasil dimasuki roh halus arwah Nyai Brendung yang apabila tidak dipegangi maka akan berontak dan terbang ke atas langit kemudian berubah menjadi pageblug atau hantu gentayangan.

Hebatnya lagi, para laki laki pemegang sampur atau selendang itu lama lama akan mengalami trans alias kesurupan. Mereka kemudian bergulingan di tanah sambil mengerang seperti macan dan hewan lainnya, kemudian bergerak kesana kemari mencari "makanan" berupa kembang, air dan bahkan beling...... 

Gitu........

Foto by Toha Trend - KPFB

Keren sekaligus ngeri, itu yang terjadi ketika kita menonton pertunjukan kesenian ini. Apalagi dengan adanya alunan mantra yang menjadikan aura di sekitarnya semakin mistis hehehe ....
Kata masyarakat Bedana, sebenarnya ada perbedaan "rapalan" yang dilantunkan dengan aslinya, sebab sudah mengalami akulturasi budaya dengan kearifan lokal setempat.

Meskipun begitu adanya perbedaan penyebutan atau penamaan dan perbedaan mantra dan tata cara pelaksanaan ritual di beberapa daerah yang masih mempertahankannya tersebut, inti dan tujuan dari digelarnya kesenian Brendung ini tetap sama, yaitu ritual pemanggilan hujan yang dilaksanakan oleh masyarakat agraris ketika mereka mengalami kekeringan atau musim kemarau panjang.

Semakin penasaran ?
Jelas......
Berdasarkan hasil penelusuran yang bisa dipercaya, Kesenian Brendung ini sudah teregister menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2013 dengan Nomor Registrasi 2013003586, Domain Seni Pertunjukan Provinsi Jawa Tengah. (warisanbudaya.kemdikbud)

Dimana kesenian brendung ini bisa ditemukan di Desa Sarwodadi Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang, namun ada juga di wilayah Desa Bedana Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara, di wilayah Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan dan sekitarnya, terutama di daerah-daerah selatan Pantai Utara Jawa Tengah yang berbasis pegunungan.

Sayang sekarang ini kesenian Brendung sudah sangat jarang dijumpai, bahkan sangat sulit ditemukan. Faktor tergerus perkembangan jaman yang semakin modern serta tidak ada regenerasi penerus kesenian ini sangat jelas menjadi alasan, bahkan tidak adanya tempat di hati masyarakat karena faktor agama juga menjadikan popularitas kesenian ini semakin memprihatinkan.

***dari berbagai sumber

9.07.2023
Posted by ngatmow

Dieng Membeku Lagi ! Nih tips kalau mau menikmati bun upas disana

Dieng membeku lagi !!

Yes, beberapa hari terakhir aplikasi stasiun cuaca dieng menunjukkan grafik penurunan suhu yang terus menerus. Sehingga puncaknya fenomena embun es ini terjadi Kamis (30/6/2022) kemarin, dengan berpusat di dalam kompleks Candi Arjuna, Dharmasala dan lapangan di sekitar candi.


Embun es atau warga Dieng menyebut bun upas yang bisa membuat daun layu hingga tanaman mati kali ini lebih tebal dibandingkan yang sebelumnya karena suhu mencapai minus 1,25 derajat Celcius ! dan merupakan suhu paling rendah di tahun 2022 lho.

Dingin ? Jelasss

Menurut seorang kawan yang menjadi pecinta sejati Dataran Tinggi Dieng (hingga dijuluki sebagai Demang Dieng), Aryadi Darwanto, sebenarnya tanda-tanda kemunculan embun es di Dieng bisa diamati sebelumnya lho :

  1. Cuaca pagi sampai sore hari pada hari sebelumnya cerah. Dan cenderung "hangat" untuk ukuran cuaca di Dieng. 
  2. Pada malam harinya tidak ada angin, langit cerah. Jika ada angin suhu akan naik dan embun es tidak akan terbentuk. 
  3. Embun es bisa terbentuk kapan saja (malam hari) asal suhu udara sudah turun, sekitar 4'C
  4. Liat aplikasi Cuaca Dieng , jika pada sekitar jam 23.00 WIB sudah menunjukkan suhu udara 4'C dan terus turun, berarti proses pembentukan embun es sudah dimulai.
  5. Embun es dapat di lihat sampai pukul 07.30 di sekitar Candi Arjuna, Candi Setyaki Dharmasala dan lapangan di sekitar candi.

Photo by. Aryadi Darwanto
Photo by. Aryadi Darwanto

Lebih lanjut, kalau kita menggali informasi dari sudut ilmu meteorologi, fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau pada Juli -September. Dan beberapa faktor yang mungkin berperan terbentuknya embun beku yang didahului suhu dingin ekstrem di Dieng antara lain adalah gerak semu matahari, intrusi suhu dingin dan laju penurunan suhu terhadap ketinggian.

Bagi masyarakat Dieng sendiri, embun upas atau bun upas adalah embun racun. Fenomena ini ketika suhu menjadi sejuk, lantas turunlah embun-embun yang dingin lagi beku sehingga efeknya membuat tanaman mati tersiakan. Kerusakan tersebut tidak dapat dihindari jika embun beku tiba lebih awal sebelum masa panen. 

Tapi, bagi wisatawan dan para pemburu konten, turunnya bun upas ini adalah sesuatu yang sangat spesial. tentu saja karena sangat jarang terjadi di negeri khatulistiwa yang cenderung beriklim hangat ini. Jadi, meskipun sangat dingin, masih saja kondisi ini diserbu ribuan pendatang yang hanya pengen mengabadikan "salju" dan kemudian memamerkannya di media sosial mereka......

Bikin macet tentu saja ... DAMN !!!

By the way,  kalau kalian mau berkunjung ke Dieng pas dingin dinginya kayak gini, berikut sedikit tips untuk persiapan ya :
1. Pakai baju yang tebal dan jangan lupa jaket.
saat fenomena embun upas terjadi, suhu udara cenderung lebih dingin, oleh karena itu sangat disarankan kalian memakai baju tebal, seperti jaket.  Jaket tidak harus memakai jaket gunung, tapi yang penting jangan jaket wool atau jeans.  Demi mengurangi rasa dingin saat melihat embun upas, kalian juga bisa memakai sarung tangan, kaus kaki, dan topi kupluk (yang menutup sampai telinga) agar hangat.
2. Makan dan minum hidangan yang hangat.
Memakan hidangan yang hangat (terutama karbohidrat) saat suhu udara berada di posisi minus bisa membuat tubuh terasa lebih baik. Cocok juga untuk mengganti sumber panas yang hilang karena udara dingin, sukur membawa sendiri bekal yang hangat.  Jikapun tak sempat membawa makanan hangat, bisa juga membelinya di warung yang ada di dekat tempat melihat embun upas. Tapi hati hati lho, makanan dan minuman disana akan terasa jauh lebih dingin daripada suhu aslinya, sehingga kalau terburu buru dan tanpa strategi mulut dan lidah akan terbakar dan baru terasa ketika kita sudah turun gunung nantinya.
3. Datang dini hari
Karena proses pembekuan sering terjadi mulai dini hari, maka ada baiknya kalau datang ke Dieng (selain yang menginap lho ...) sekitar jam 3 - 5 pagi. Alasannya adalah agar sempat "ketemu" bun upas itu. Sebab biasanya "salju" tidak akan bertahan lama. Ketika matahari sudah mulai terbit dan bersinar terang pada pukul 05.30 WIB, butiran es yang muncul akan segera mencair dan hilang.
4. Datang di bulan Juli - September
Pada bulan Juli - September yang masih masuk dalam musim kemarau,  sebab pada musim kemarau semua hal yang dibutuhkan untuk terbentuknya bun upas terjadi. So, agendakan ke Dieng untuk tahun depan ya 
5. Terus Bergerak 
Udara dingin dan cuaca ekstrem di alam bebas seperti yang terjadi di Dieng memang terasa membuat tubuh sulit bergerak – atau setidaknya membuat tubuh malas untuk bergerak banyak. Padahal hal ini adalah salah satu jalan menuju ke hipotermia. Oleh karena itu, untuk menghindari penyakit serta gejala mematikan itu – pastikan kalian tetap bergerak atau bahkan memperbanyak gerak tubuh dan mencoba membiasakan diri dengan udara yang sedingin itu. 
6. Pantau terus perkembangan suhu Dieng dengan teknologi
Semakin berkembangnya teknologi juga sangat membantu kita untuk memantau perkembangan suhu dan kondisi cuaca di Dieng. Salah satunya dengan menggunakan Aplikasi Cuaca Dieng yang bisa diunduh di Apps Store 
 






8.01.2022
Posted by ngatmow

Naik Gunung Prau (lagi)

Setelah sekian lama pasif dan seakan mendekati pensiun, akhirnya saya kembali lagi memberanikan diri untuk menggendong tas ransel berjalan nanjak beberapa jam dengan menahan dingin khas naik gunung.

Yes ........saya naik gunung gaesss.....

Dan kali ini kembali ke gunung prau lagi.........
Sebab selain saya pikir bahwa naik gunung isi masih ramah sama pendaki uzur, ramah kepada dengkul kaki, juga Gunung Prau memang selalu ngangenin...... Sekali kita naik, perasaan pingin naik ke sini akan seterusnya menghantui jiwa raga dan pikiran.....halah......


Pada pendakian kali ini saya dan teman teman naik lewat jalur yang belum pernah kami lalui. Yaitu jalur pendakian Dwarawati. Dinamakan demikian karena lokasi start awalnya adalah persis di sebelah Candi Dwarawati Dieng. Berdasarkan informasi, kondisi umum jalur ini nggak begitu ramai dilewati temen temen pendaki. Sebab rata rata mereka lebih suka lewat jalur Patak Banteng dan Jalur SMP Dieng yang sudah familiar (meskipun sebenernya rute yang dilewati lebih ekstrim). 

Jalur Dwarawati menurut saya yang berbodi bulat ini ga begitu berat (sebab memang dari awal sudah request dipilihkan alternatif jalur pendakian yang ramah mbah mbah......... hahahaha........) dan secara otomatis akan terasa sangat tidak menantang alias mudah banget buat yang berbodi slim dan ringan. Secara jarak tempuh sih memang cukup lumayan, dari posisi start di sebelah Candi kita akan berjalan nanjak sejauh kurang lebih 2 kilometer dengan kondisi jalan yang banyak "bonus" alias cukup landai dan tidak begitu menguras  tenaga. 

Tapi jangan terlalu percaya pada saya semudah itu kisanak ........ sebab saya sendiri mengalami kondisi 10ss alias 10 steps stop aliasnya lagi setiap sepuluh langkah saya berhenti untuk mengatur nafas ....... hehehehe.....

Menurut info yang beredar luas, waktu tempuh untuk mencapai puncak Prau melalui jalur ini adalah 2-3 jam saja (itu pun sudah dihitung perjalanan orang orang berkelebihan macam saya). sementara untuk jalur pendakian via Patak Banteng jauh lebih cepat namun dengan tingkat kesulitan dan trekking yang lebih berat pula. 

Tapi kedua jalur ini beda puncak lho sodara sodara .......

lho kok ?

Yes...... Gunung Prau punya 2 puncak utama dengan pemandangan yang sama sama menawan dan sulit terlupakan. halah.....
Jalur pendakian via Dieng punya puncak sendiri dengan view ke arah selatan dan barat (sangat bagus untuk memotret sunset), sedangkan Jalur pendakian via Patak Banteng punya puncak dengan view menghadap Timur persis ke arah deretan gunung eksotis seperti Sindoro, Sumbing, Kembang bahkan Merbabu dan Lawu. Spot Sunrise dong....... Yes....betul sekali.......


Bisa dilihat di peta, jarak dari Puncak 1 dan Puncak dua sekitar 1,45 kilometer, dengan trek sangat landai bahkan cenderung datar  dan waktu tempuh yang dibutuhkan pun hanya sekitar 45 - 60 menit. Sebab kita akan berjalan di sebuah padang rumput yang dinamakan Telaga wurung (Telaga Gagal). 

Lokasi ini sangat asik sodara sodara..... bayangin aja, kita berada di sebuah padang rumput yang luas dengan bukit penuh rumput berembun es ga begitu tinggi mengapit di sisi kanan dan kiri...... sunyi, sepi dan syahdu..... tapi juga ngeri ..........apalagi kalau ditambah berimajinasi hihihi............. 

saya saja sampai membayangkan kalau tempat ini digunakan untuk shooting film kolosal dimana perang besar terjadi dan komandan dari kedua pihak hanya memandang pasukan mereka saling bantai dari kedua bukit yang mengapitnya..... amazing pokoknya......

Pas perjalanan turun, setelah Pos 3 dan puncak menara, ada satu tempat yang sangat khas dengan Gunung Prau dan menjadi favorit para pendaki. Yaitu lokasi dimana hutan Cemara dengan akar pohon  muncul di permukaan tanah dan membentuk tekstur sangat menarik karena saling mengikat satu sama lain di permukaan tanah, lengkap dengan lumut khas ketinggiannya. 
(Kalo di jalur ini) tempat itu dinamakan "Akar Cinta"

Kenapa akar cinta?
Menurut Mas Demang Dieng, Aryadi, tempat itu dinamakan akar cinta karena akar akar di lokasi itu saling terjalin satu sama lain dan lokasinya yang menyajikan pemandangan yang sangat indah. Cocok untuk bercinta....... ehhh.........

By The Way,  sesuai dengan rumus para pendaki, waktu tempuh untuk turun adalah 1/3 dari waktu tempuh untuk naik, perjalanan turun lewat jalur ini hanya 1 jam saja sodara sodara.......
Cepet ya ? padahal jalannya pelan pelan dan menyesuaikan dengan kondisi badan. Bulat........ takut jatuh dan menggelinding turun hehehe......

Pengen nyoba kan ? Sok atuh..... kapan mau naik ke sini ?
Tapi mohon sabar ya ..... nunggu pandeminya bubar..... hehehe......







6.21.2020
Posted by ngatmow

The Physician, film bagus tapi ..............

Sudah sejak lama Timur Tengah menjadi sasaran subjek yang menarik untuk diceritakan, banyak syair–syair maupun lukisan–lukisan tentang kawasan tersebut lahir dari seniman Barat. Semenjak munculnya media perfilman di kalangan Amerika dan Eropa, Timur Tengah semakin terekspos dan eksotisme daerah itu tersebar ke seluruh dunia. Pada bagian ini peneliti merasa penting untuk menyajikan beberapa contoh film-film yang mengandung unsur orientalisme. 

Di wilayah Timur Tengah kita bisa dapatkan Film Aladdin (1992), sebuah film kartun produksi Disney Film yang mengkisahkan percintaan antara pemuda miskin (Aladdin) dengan putri raja (Jasmine). Penggambaran Timur Tengah sebagai daerah yang irrasional terlihat manakala perjuangan Aladdin dalam mendapatkan cinta Jasmine dibantu dengan sosok jin. Pengenalan singkat tentang Timur Tengah digambarkan dengan pemandangan gurun, unta–unta dan penyembur api yang menghibur beberapa orang di pinggir jalan serta pertunjukkan ular kobra yang menari dengan seruling. Sementara keadaan sosial di daerah ini digambarkan sebagai kekerasan dan konflik adalah hal yang biasa. Pedang merupakan simbol yang melekat dengan Timur Tengah. Sosok yang kejam ditampilkan dengan orang kulit berwarna, mental pedagang Arab yang serakah dan penguasa/raja/sultan diwakilkan dengan sosok yang gendut, kekanak-kanakan, dan naif.

Bahkan boleh dipercaya atau tidak, Karya sinematografi barat tentang seorang tokoh di Timur Tengah selalu merupakan tafsiran alias pemahaman tanpa kajian mendalam saja. Sebab terkadang ceritanya tak melulu sealur dengan buku-buku yang dianggap otoritatif tentang tokoh tersebut. Sebagai contoh adalah gambaran tentang seorang ilmuwan muslim abad 11, Ibnu Sina (Avicenna),  dalam film The Physician ( produksi tahun 2013), yang setidaknya merefleksikan tafsir atas kehidupan sang tabib dari Isfahan, serta konteks dimana ia hidup. Dan yang pasti, banyak sekuel yang memang menunjukkan tidak akuratnya sejarah dalam film semi historic ini.

Film The Physician merupakan film berjenis petualangan/drama/sejarah yang dirilis pada 25 Desember 2013. Film ini berasal dari Jerman yang diadaptasi dari novel bestseller karya Noah Gordon dengan judul Der Medicus (1999). Situs betafilm mencatat bahwa novel tersebut laku hingga 21 juta kopi diseluruh dunia (The Physician, n.d.). Novel tersebut berhasil menarik minat masyarakat Eropa dan selalu habis terjual terutama di Jerman dan Spanyol dan dinominasikan sebagai "Ten Most Loved Books of All Time" dalam Madrid Book Fair (Noah Gordon awards and honors, n.d.)

Disutradarai oleh Philipp Stölzl, seorang berkebangsaan Jerman. Film berbahasa Inggris yang berdurasi 150 menit ini mendapatkan pendapatan besar dengan hasil perjualan box office mencapai 57,284,237 juta Dollar, serta menyabet Gambar 6 Poster film The Physician (Sumber: imdb.com) 39 penghargaan Bogey Award dari jumlah penonton yang mampu menarik 1 juta pengunjung dalam waktu 10 hari. Film ini juga mendapatkan 5 nominasi emas dalam German Film Award 2014 sebagai sinematografi terbaik, desain produksi terbaik, desain kostum terbaik, tata rias terbaik, dan tata suara terbaik. 

Produksi film The Physician berlangsung selama empat bulan antara Juni 2012 hingga September 2012 dan menghabiskan biaya hingga 36 juta Dollar. Lokasi produksi dilakukan di Maroko dan Jerman serta menggunakan studio MMC Studios, Cologne di North Rhine-Westphalia yang berbasis di Jerman untuk memberi sentuhan kemegahan kota Isfahan dan landscape Timur Tengah dengan setting abad ke-11. Bercerita ketika Eropa masih mengalami zaman kegelapan (dark ages), belum ada ahli medis, sementara para pengobat abad ke-11 pada saat itu disebut sebagai tukang cukur (barber), mereka mempromosikan diri mereka dapat menangani kelainan yang ada dipermukaan seperti mengobati kutil, mencabut gigi, reposisi tulang, amputasi, bekam dengan lintah dan menjadikan kencing Kuda sebagai tonik. 

Disamping itu hiduplah Robert Cole (Tom Payne) yang sudah lama akrab dengan kemiskinan karena ditinggal mati oleh ayahnya, sementara ibunya mengidap penyakit serius pada perut (Thypus) dan kemudian meninggal dunia pada saat ia masih kecil karena tidak memperoleh pertolongan yang layak. Menyaksikan itu, Robert Cole memutuskan untuk mencari penyebab & cara menyembuhkan penyakit tersebut serta bertekad untuk mencegah kematian. Ia kemudian memohon kepada seorang tukang cukur (Stellan SkarsgÃ¥rd) untuk ikut berkeliling bersama 40 pedatinya berkelana dari kota ke kota membantunya menjajakan obat. Rob pun diasuh olehnya dan menjadi asisten dalam melakukan segala tindakan pengobatan didalam kamar pedati. Namun pekerjaan sebagai barber tersebut ditentang oleh Gereja karena dituduh menggunakan ilmu hitam. Ajaran Gereja menilai bahwa hanya dengan kuasa Tuhan penyakit dapat disembuhkan, walaupun pihak Gereja tidak mampu memberikan solusi dan pengobatan. 

Ketika Rob tumbuh dewasa, penglihatan ayah angkatnya mengalami gangguan. Ia kemudian mengantarkan sang barber tersebut untuk melakukan operasi katarak kepada para tabib Yahudi. Robert pun merasa takjub melihat kecanggihan alat operasi yang digunakan dan mencari informasi berasal dari mana pengetahuan ilmu medis itu. Sejak dini Robert memang menunjukkan minatnya yang tinggi terhadap dunia pengobatan. Tabib Yahudi itu kemudian menyarankan ia untuk pergi ke suatu daerah yang amat jauh dari London, yaitu Isfahan. 

Dalam film ini kita bisa melihat bagaimana peradaban Timur Tengah tergambar dalam dialog berikut :
 
Tabib : “tabib terbaik sedunia mengajarkanku disana, Ibnu Sina, tak seorang pun di dunia yang sebanding dengan kebijaksanaannya, ia dapat menyembuhkan segala macam penyakit”. 
Rob : “Berapa lama untuk sampai kesana?”. 
Tabib : “Lebih dari setahun. Kau harus pergi ke pantai Selatan Inggris, menyebrangi selat melalui Prancis dan naik kapal berlayar mengelilingi pantai Barat Afrika, kemudian sampai ke Mesir. Disana.. kau akan dibunuh”. 
Rob : “Kenapa?”. 
Tabib : “Permulaan dunia Muslim. Arabia dan Persia. Orang Kristen dilarang untuk pergi kesana. Mereka hanya mentolerir orang Yahudi. Maaf, kau percaya pada Tuhan yang salah”.

Menyadari dokter terbaik bernama Ibnu Sina berada dibelahan dunia lain dan penuh risiko, ia tetap bertekad pergi kesana dan menganggap inilah satusatunya cara untuk mempelajari ilmu medis. Sesampainya di Mesir Robert Cole melakukan sunat secara mandiri agar bisa bergabung dan diterima komunitas Yahudi, kemudian menukar namanya menjadi Jesse bin Benjamin. 

Dalam perjalanan menuju Isfahan bersama dengan rombongan iringan unta, Robert Cole bertemu dengan Rebecca (Emma Rigby), seorang wanita Yahudi yang menarik hatinya. Namun mereka menghadapi badai gurun yang dahsyat hingga mereka terpisah dan sebagian besar diantaranya mati terkubur pasir. 

Saat Rob tiba di Ishafan, Persia. Ia terkesima melihat penataan kota yang amat maju, menara-menaranya menjulang tinggi, Arsitektur yang begitu megah dengan dinding-dinding gedung berhiaskan kaligrafi yang indah. Ishafan digambarkan bermandikan cahaya, bertabur kembang api dan aktivitas kota yang disesaki oleh perdagangan dan perniagaan. Saat itu pula Ia bertemu iring-iringan khalifah Shah (Olivier Martinez) melintas bersama tentaranya. khalifah digambarkan sosok yang gagah, pemberani, petarung buas di medan perang, otoriter terhadap kedudukannya namun amat menghargai toleransi kebebasan beragama dan menjunjung ilmu pengetahuan. 

Dengan penampilan lusuh dan tidak membawa barang berharga, Rob Cole sempat ditolak secara kasar oleh pihak Madrasah, Davout Hosein (Fahri Ogun) untuk berguru kepada Ibnu Sina hingga ia tersungkur dan tidak sadarkan diri ditengah kerumunan warga Isfahan. Penolakan tersebut cenderung rasis karena ungkapan kasar yang diberikan ketua Madrasah kepada Robert Cole mengatakan bahwa ia tidak mau menerima seorang Yahudi yang bau, miskin dan penipu. Hal tersebut seolah menampilkan bahwa ketika Muslim berkuasa memiliki sikap yang bengis. 

Dengan nasib baik yang dimilikinya, Robert Cole ditolong oleh Ibnu Sina dan diobati luka–lukanya. Ia kemudian diterima untuk belajar di madrasah tanpa syarat dan memiliki dua orang sahabat, seorang Yahudi bernama Mirdin (Michael Marcus), dan seorang Muslim pemalas bernama Karim (Elyas M‘barek). Ada satu adegan dimana saya sempat berpikir agak keras dengan segala keterbatasan otak. yaitu adegan dimana Rob menanyakan apa yang digunakan oleh Ibnu Sina untuk mengobatinya.
“Dengan salep getah Poppy [opium/papaver somniferum],” kata Ibnu Sina. 

But wait...... jaman itu disana sudah ada opium ???  emmm.........


Dengan kepolosan dan rasa keingintahuannya yang sangat tinggi itulah Robert Cole kemudian berkembang menjadi murid teladan Ibnu Sina yang cepat tanggap bersemangat dalam belajar dibanding murid yang lain. Selain ilmu pengobatan, ia juga mempelajari Filsafat dan Astronomi. Kepribadian Ibnu Sina yang bijak dan selalu berpikiran optimis diceritakan dengan bagaimana ia berpesan kepada para mahasiswanya untuk selalu memperlakukan pasien dengan baik. 
Sebagai informasi saja, di Madrasah milik Ibnu Sina terdapat perpustakaan yang menghimpun warisan kekayaan ilmu kedokteran dari Yunani kuno. Fakultas kedokteran tersebut diisi oleh beragam pelajar dari mancanegara, ras maupun agama. Ruang pembelajaran juga terintegrasi dengan ruang perawatan pasien sebagaimana model rumah sakit modern. Fasilitas lainnya yaitu terdapat gudang penyimpanan obat dan alat medis, hingga pendingin untuk membuat es. Film ini menggambarkan secara jujur bahwa bahasa pengantar ilmiah di dunia pengetahuan pada saat itu menggunakan bahasa Arab. Terlihat dari kitab–kitab dan gulungan yang dipelajari oleh murid–murid Ibnu Sina menggunakan bahasa Arab sebagai lingua franca.

Banyak pelajaran moral yang dipelajari Rob dari Ibnu Sina, Ibnu Sina tak hanya mengajarkan soal teknis pengobatan dan kedokteran. Lebih dari itu, ia juga membekali murid-muridnya tentang etika penyembuhan. Kata Ibnu Sina, “untuk mengobati suatu penyakit, perlakukan dengan baik orang yang menderita.” Oleh sebab itulah pada saat setiap akan memulai pengobatan terhadap pasien-pasiennya, Ibnu Sina selalu mengatakan, 

“namaku Ibnu Sina… Dengan izinmu, aku akan merawatmu.”

Kisah film ini juga dibumbui perseteruan antara suku bani Seljuk yang hidup nomaden dan liar dipadang gurun. Mereka bersekutu dengan para Mullah atau sekelompok Islam fanatik “yang kaku” dalam memahami agama untuk melawan Kekhilafahan Shah yang dianggap terlalu liberal. Pemimpin Bani Seljuk tersebut mengirim “bom biologis” berupa penderita penyakit pes (pada waktu itu diceritakan disebut sebagai black death)  ke kota Isfahan sebagai balasan atas kematian puteranya yang dipenggal oleh Shah. Wabah tersebut menyebabkan kegemparan dan kematian bagi kota Ishafan. Ibnu Sina meminta evakuasi seluruh penduduk, namun Shah menolaknya. 

Ibnu Sina memutuskan bersama mahasiswanya bereksperimen mencari pengobatan terhadap wabah yang terjadi meski resiko yang dihadapi mereka adalah kematian. Mereka disibukkan merawat banyaknya pasien yang tak kunjung henti. Seluruh bagian kota dipenuhi penyakit dan banyak warga mengisolir diri dengan menembok pintu rumahnya atau pergi meninggalkan kota Ishafan.  

Kalau dipikir lagi, ini mirip dengan kita yang sedang berjuang melawan Covid19 lho....... #dirumahsaja hehehe................

Adegan akhir melawan wabah tersebut, kerja kerasnya menemukan jawaban bahwa penularan wabah dapat diputus dengan membasmi vektor penyakit yakni tikus. 

Selain bumbu politik, film ini juga diselingi tarikan antara dogma agama dan ilmu pengetahuan. Ini tersaji misalnya dalam kasus otopsi mayat. Diantara pasien Ibnu Sina ada seorang penganut Zoroaster bernama Qasim yang kebetulan dirawat Rob. 
Sekedar informasi, Filosofi agama Zoroaster berbeda dengan agama Samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) tentang kebangkitan. Qasim berwasiat pada Rob apabila ia mati, ia meminta tubuhnya diletakkan di atas menara agar bisa dimakan burung pemakan bangkai. Dengan demikian jiwanya terbebas. 

“Ketika aku pergi, bawa tubuhku ke meneara dan biarkan dimakan burung… Penganut Zoroaster meninggalkan tubuh mereka ke burung bangkai. Mereka membersihkan jiwa kita dari materi tetap,”
 
Kesempatan emas itu tak disia-siakan Robert Cole, segera ia membawa jenazah Qasim dan membelahnya secara diam–diam di gudang penyimpanan obat untuk mempelajari organ dalam yang ada di dada dan rongga perut. Rob melukis organ-organ itu sebagaimana gambar ilustrasi anatomi manusia sekarang ini.  

Rupanya, apa yang dilakukan oleh Jesse diketahui Davout yang sedari awal memang tidak suka terhadap Jesse termasuk Ibnu Sina. Keduanya ditangkap dengan tuduhan melakukan pencurian mayat sebagai obyek penelitian, Ibnu Sina juga terseret ke dalam penjara dan keduanya dijatuhi hukuman mati. Dikisahkan pada era tersebut bahwa perilaku membedah tubuh manusia adalah pelanggaran tingkat tinggi dalam agama. Dalam masa penahanan, Ibnu Sina dan Robert Cole berdiskusi tentang apa yang sebenarnya ada didalam rongga tubuh manusia. Robert Cole kemudian menceritakan dan bahkan mengajarkan Ibnu Sina tentang pencernaan dan sirkulasi darah. 

Disaat yang sama Shah mengalami sakit perut kronis ketika dinasti Kekhilafahan yang ia pimpin dikepung dalam perang oleh para Mullah didalam kotanya dan Bani Seljuk dari luar. Untuk mengembalikan kondisinya, ia menggagalkan eksekusi mati yang dibuat para Mullah kepada Robert Cole beserta Ibnu Sina dan membawanya ke istana untuk melakukan operasi pengangkatan usus buntu dari dalam perutnya. Robert Cole dibantu Ibnu Sina beserta Mirdin berhasil melakukan operasi pertama kali dalam sejarah. 

Film kemudian ditutup dengan kekalahan Khalifah Shah melawan para Mullah yang bersekutu dengan Bani Seljuk, seluruh rakyat Isfahan mengungsi dan seluruh isi perpustakaan milik Ibnu Sina hancur terbakar karena perang. Pada akhir adegan Ibnu Sina mengalami putus asa melihat kehancuran tersebut dan mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Sebelum kematiannya ia mewariskan kitab terpenting dalam ilmu medis (mungkin kitab itulah cikal bakal Buku The Cannon Of Medicine  yang kemudian menjadi buku kedokteran pertama dunia) kepada murid kesayangannya Robert Cole untuk dipelajari, koreksi kesalahannya, dan sebarluaskan pengetahuan tersebut ke dunia ketika ia bawa pulang ke London.

The End

---------------------------------------------------------------------



Sedikit membahas film yang sebenernya sangat menarik ini, ada dua sikap yang bisa diambil. 
Pertama, apologetik. Kedua, kritis

Apologetik disini  dalam artian mencoba untuk bertahan bahwa perlu koreksi total karena tidak sesuai dengan “sejarah resmi,” sementara yang kritis dimaksudkan mengambil moral cerita yang dihadirkan sembari mencari rujukan lain sebagai opini alternatif.

oke mari kita bahas ............


Ibnu Sina atau Abu ‘Ali al-Husain ibn ‘Abd-Allah ibn Hasan ibn ‘Ali ibn Sina, lahir pada 23 Agustus 980 atau Safar, 370 H di sebuah wilayah dekat Bukhara yang disebut Kharmaithan atau Afshana. Kini, wilayah tersebut masuk dalam administrasi Negara Uzbekistan. Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Kedokteran di Iran. Ayah Ibnu Sina, seorang pimpinan lokal di Afshana tidak terlampau jelas asalnya Arab, Turki atau Persia. Ibunya, Setareh, adalah orang Persia.

Pembentukan keilmuan Ibnu Sina dimulai ketika keluarganya pindah ke Bukhara. Ia belajar tak hanya tentang agama, tapi juga filsafat, aritmetika dan geometri. Ali Abdullah Nateli, seorang yang sangat memahami filsafat, suatu hari datang ke Bukhara. Ayah Ibnu Sina mengajaknya ke rumah mereka dan meminta Nateli mengajari Ibnu Sina.

Bersama Natelli, Ibnu Sina belajar logika dasar untuk membaca Eisagoge karyanya Porphyry, Euclid, dan Almagest-nya Ptolemeus. Selain itu, karya Plato dan Aristoteles juga ia lahap. Pikiran-pikiran Peripatetik dan Stoik dalam tulisan Ibnu Sina banyak berasal dari sumber ini. Dari sini, Ibnu Sina mulai merambah ilmu kedokteran. Kehidupan Ibnu Sina di Bukhara berlangsung hingga 999. Ia kemudian meninggalkan Bukhara menuju Gorganj dan tinggal disana hingga 1012. Dari Gorganj ia pindah ke Jorjan (1013), Ray (1015), Hamadan (1024) dan Isfahan (1037). Di Isfahan inilah Ibnu Sina bekerja dan kerap mendapat pujian dari Ad-Daula. Dalam perjalanan ke Hamadan, Ibnu Sina meninggal dan dimakamkan disana pada Juni atau Juli tahun 1037 dalam usia 58 tahun.

Biografi ini sekaligus membedakannya dengan cerita dalam The Physician. Di film itu, Ibnu Sina digambarkan meninggal di madrasahnya dengan cara meminum racun setelah kekuasaan Seljuk menguasai Persia. Cerita tentang posisi Ibnu Sina dalam pemerintahan Ad-Daulah dari Dinasti Ali Buyeh juga agak sedikit berbeda dengan yang tersaji di buku sejarah. Dalam film digambarkan Ibnu Sina dan istana itu agak sedikit berjarak, tapi dalam buku sejarah, Ibnu Sina adalah bagian integral dari istana.

Nah lho..........

Oke lanjut ...........

Saya mencoba untuk tidak bersikap apologetik dan mencari “kuasa pengetahuan” dalam film ini. Meski harus diakui, media film banyak digunakan untuk menunjukan superioritas sebuah kelompok atas golongan lainnya. 

Terlepas dari akurasi penggambaran cerita yang tak sebangun dengan narasi sejarahnya, ada beberapa hal ingin saya amini dari The Physician. 

Pertama, film ini dengan cukup terbuka menunjukkan bahwa peradaban Islam mengalami zaman keemasannya serta seorang Ibnu Sina yang berkontribusi besar dalam dunia kedokteran dunia. Disamping itu film ini tidak terjebak dalam bias barat yang selalu menganggap bahwa dunia timur sebagai bangsa yang tenggelam dalam kegelapan, kebodohan, keterbelakangan dan secara jujur justru menceritakan bahwa dunia baratlah yang pada saat itu sedang mengalami masa suram.

“The Arabs contributed a high sense of mission; the Persians their culture and sense of history; the Christian Syriacs their linguistic versatility; the Harranians their Hellenistic heritage and the Indians their ancient lore.”

Kedua, kejayaan peradaban Islam tak lepas dari keterbukaan dalam menerima produk kebudayaan lain. Bacaan Ibnu Sina yang kuat terhadap karya pemikir Yunani, menjadi salah satu faktor pendorong lahirnya era emas peradaban Islam. Itu diperkuat dengan harmoni yang muncul diantara pemeluk agama yang berbeda. Pemikiran berkembang pesat. Karena pikiran cemerlang itulah peradaban menjadi maju. Iran, meminjam istilahnya Axworthy (2008), menjadi “empire of the mind.

Ketiga, perselingkuhan antara agama dan politik kerap menjatuhkan wibawa kelompok agama itu sendiri. Di bagian akhir, ada adegan dimana pemimpin Mullah bersimpuh di hadapan tentara Seljuk sebagai bukti penerimaan mereka terhadap pemimpin baru. Itu sekaligus menggambarkan betapa klaim keagamaan yang digunakan untuk maksud politik malah menggiring munculnya despotisme baru. Dan jujur saja, bukankah itu juga sedang terjadi sekarang ini ?

Ah entahlah.....
yang jelas, secara sinematografi film ini menarik namun dengan isi cerita di dalamnya yang perlu dicerna berkali kali lagi.  


*dari berbagai sumber
6.01.2020
Posted by ngatmow

Gitaris Fingerstyle kelas dunia asli Indonesia : Alip_Ba_Ta_

Apa yang ada di pikiran kita kalau denger kata Youtuber ?
Pasti macem macem......mungkin ada yang langsung keinget Ferdian Paleka yang kemarin sempat menghebohkan jagad maya dengan pank sampahnya, atau inget nyanyi nyanyi asik diiringi gitar akustik plus suara khasnya mas Felix Irwan dari Yogyakarta,  Cap Tikus dari timur sana yang selalu bikin tiktok reaction, Estechmedia yang selalu membahas teknologi terbaru, atau bebeb Adella Wulandari si embak ayu Semarangan yang berlogat jawa medok dan suka mengumpat, atau mungkin ada juga yang ingetnya Gamer Kimi Hime yang selalu bisa bikin seger mata karena semangka !!!

eh.....

Nah sekarang kalau ditanya,  pernah denger nama Alip_ba_ta ?
Belum ?

Hemm.... Lalu apa gunanya kalian bukain Youtube tiap hari kisanak ? ngintipin si Berli sama konten absurd macam MV yang sukanya bikin tegang si Joni.....??? hahahaha.....

Btw, wajar sih kalau bagi sebagian orang yang memiliki "minat" yang lain di dunia Youtube kalau ga kenal nama Alip Ba Ta. Sebab dia sama sekali beda dengan artis artis Youtube lainnya. Padahal dia saat ini menjadi salah satu gitaris yang disegani se antero jagad raya lho......

For Your Info gan, Alief Gustakhiyat atau lebih dikenal dengan nama Alip Ba Ta (pake P bukan F ya.....), saat ini harum sampai ke mancanegara karena kepiawaiannya gitar akustik dengan teknik fingerstyle. Bahkan musisi sekelas Brian May, gitaris band legendaris Queen, sampai dibuat kepincut lho.....  belum termasuk Sandi Sandoro, Tantri Kotak, Addie MS, Dewa Budjana, Fun Two, Alexandr Misko, Igor Presnyakov alias Uncle Igor, hingga gitaris Avenged Sevenfold, Synyster Gates ...... padahal profesi aslinya sangat jauh dari dunia musik, karena dia adalah seorang operator forklift (sebuah alat atau kendaraan yang digunakan untuk mengangkat beban-beban berat) di daerah Cakung Jakarta Timur !!!

sangar !!

Semua genre musik, dari rock sampai dengan gending jawi pernah dimainkan cowok asli Ponorogo ini sejak membuat channel YouTube pada 27 Januari 2018 lalu. Dan uniknya dia ga pernah berkata sepatah katapun. Baik menyapa penontonnya, minta orang untuk nonton atau like and share, ataupun mengemis subscribe layaknya Youtuber lain (kecuali tukang tato andalan Hendric Shinigami hehehe....). Ga pernah......

"Yang saya tonjolkan itu cara saya bermain gitar," ungkap Mas Alip dalam wawancaranya dengan Tribunjakarta.com. Malahan, ia berkelakar punya ide lebih ekstrem lagi agar penonton benar-benar fokus mendengar petikan gitarnya.

"Saya punya niat malahan hitamkan seluruh video saya. Jadi kalau perlu enggak kelihatan semuanya,"

Keren ya.....

Eh ada ding sodara sodara ......suara pemuda 31 Tahun ini pernah muncul lho dalam video cover lagu nya System fo a down yang berjudul Toxity. Dia nyanyi !!  Sebuah momen yang langka. Bahkan saking langkanya, banyak  video reaction followernya yang sampai ga percaya......bahkan ada yang nangis saking bagusnya !!!


Kalau kita perhatikan dalam setiap karya karyanya, lagi lagi kita akan menemukan keunikan dari seorang Alip_ba_ta_  

Apa itu? 

Lokasi tentu saja. “studio” tempat rekaman adalah kontrakannya yang terkesan sederhana tanpa alat canggih dan pencahayaan yang bagus, plus tempelan dinding poster pengenalan huruf dan angka untuk anak anak. Juga topi dan celana pendek yang selalu dia kenakan dengan asbak dan segelas kopi yang nggak pernah absen di sampingnya. 

Dan yang paling unik adalah..... Seringkali dia menyisipkan sebatang rokok menyala di ujung gitar yang (mungkin) digunakannya untuk membuktikan bahwa video video nya adalah langsung, nggak melalui proses editing yang kebangetan (bahkan kayaknya nggak kena edit sama sekali lho..... Perhatikan aja asapnya) kaya youtuber lain yang full editing hihihi.......

Sekedar info, akun YouTube Alip_ba_ta_ pernah mengalami banned dari pihak YouTube sendiri akibat adanya claim dari pihak sebuah media data musik. Usut punya usut ternyata di sana ada akun yang mengatasnamakan Alif_ba_ta_ (pake F) dan menjual rekaman suara beberapa hasil karya mas Alif_ba_ta_.

Saat itulah komunitas Alipers bergerak. Bahkan beberapa akun YouTube penggemar Alip_ba_ta_ juga ikut melaporkan dan mengklarifikasi hal tersebut hingga akhirnya pihak YouTube bersedia membuka kembali channel Alip_ba_ta_ 

Keren kan ?
Ini membuktikan lho bahwa untuk menjadi seorang youtuber dengan banyak follower nggak harus bikin konten prank, konten sampah, atau bahkan jual diri dengan menjual bodi saja........ Tapi dengan cara yang lebih elegan dan lebih berfaedah yaitu pake SKILL alias keahlian....... Titik......

Ada sebuah cerita menarik (lagi) soal mas mas satu ini. 

Adalah seorang pengguna YouTube bernama Nenza Leoni yang menulis komentar di bawah ini pada video mas Alip_ba_ta_ berjudul “Yiruma – River Flows in You”

Permintaan dari penggemar
Tak disangka beberapa saat kemudian  mas Alip_ba_ta_  memberikan respon dengan mengupload video khusus memainkan lagu “Kiss The Rain” sesuai request tersebut.

Bahkan seperti untuk menunjukkan bahwa lagu itu khusus untuk Nenza Leoni, dia mengenakan topi yang sama ketika mas Alip_ba_ta_ memainkan lagu River Flows In You.

Sontak saja warganet yang mengetahui “story” di balik dimainkannya lagu itu membanjir komentar video itu dengan pujian.

Tak sedikit yang mengaku menangis melihat kesungguhan mas Alip_ba_ta_ memenuhi permintaan gadis cilik tersebut.

Perlu beberapa hari setelah video itu diupload sampai Neza Leoni menulis komentar di video Kiss The Rain

Komentar balasan dari si penggemar.

Istimewa kan......???
5.19.2020
Posted by ngatmow

Instagram

Arsip

Copyright 2008 ZISBOX- Metrominimalist | Template Diutak atik Ngatmow Prawierow