Posted by : ngatmow 11.29.2025

Banyak yang mengaitkan hujan dengan kenangan, asmara dan bahkan waktu bersantai untuk makan dan minum sesuatu yang menghangatkan badan. Namun bagi warga yang tinggal di dataran tinggi atau pegunungan, hujan apalagi sampai deras bukan lagi soal "romantisme" atau "mie rebus". Hujan deras yang mengguyur berjam-jam justru adalah alarm bahaya, dan semuanya harus dalam mode siaga.

 

Itulah yang terjadi, bencana tanah longsor besar terjadi pada Minggu sore, 16 November 2025, di Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara. Longsor ini terjadi akibat hujan deras yang berlangsung sepanjang hari, membuat tanah di bukit yang berada di atas pemukiman warga menjadi labil dan runtuh secara masif, menimbun puluhan rumah warga. Akibatnya 28 orang dinyatakan meninggal dan seribu lebih warga berada di pengungsian.


Banjarnegara berduka lagi.

 

Dari keterangan berbagai sumber, sebenernya ternyata alam udah ngasih kode, gaess. Sehari sebelum kejadian, tepatnya Sabtu, 15 November 2025, warga sudah mendeteksi adanya retakan tanah di area Gunung Jaran yang terletak di atas Dusun Situkung. Namun karena berada di tengah hutan dan banyaknya pohon di sekelilingnya sebagai pengikat tanah, hal ini dirasa tidak begitu membahayakan.

 

Pada hari Minggu (16 November 2025), hujan deras mengguyur Kecamatan Pandanarum tanpa ampun selama lebih dari 13 jam. Bayangin, tanah yang udah retak diguyur air segitu lamanya. Tekanan air pori di dalam tanah naik drastis, bikin tanah jadi bubur yang siap meluncur ke bawah. Dan pada pukul 15.45 WIB mimpi buruk itu terjadi. Sore itu, saat warga lagi istirahat dan sebagian keluar rumah karena hujan reda, tebing di atas Dusun Situkung runtuh. Rekaman video yang diambil warga pun mendadak viral di media sosial. Bencana mendadak itu berdampak parah pada permukiman, pertanian, dan peternakan, menyebabkan ratusan warga mengungsi, puluhan rumah rusak, ratusan ternak tertimbun, dan lahan pertanian serta irigasi hancur, dengan area terdampak mencapai sekitar 10 hektar dan luncuran material hingga 1 km.

 



Kepanikan massal melanda. Semua masyarakat berlarian masing masing mencari selamat, cerita kalau mereka nggak punya pilihan lain selain lari. Karena jalur biasa udah tertutup lumpur atau terlalu bahaya, ada sebagian warga yang lari masuk ke dalam hutan dan area kuburan desa buat nyelamatin diri. Kebayang nggak ? 

 

Mereka bertahan di sana sampai akhirnya ditemukan dan diidentifikasi oleh tim SAR beserta relawan pada malam harinya. Mereka baru bisa dievakuasi dalam kondisi shock berat, basah kuyup, dan penuh lumpur pada keesokan harinya melalui jalan hutan yang memutar dengan waktu tempuh mencapai 1,5 jam.  Respect setinggi-tingginya buat mental baja mereka.

 

Hari Senin, 17 November 2025 operasi evakuasi dimulai. Pandanarum mendadak kedatangan ratusan orang dari berbagai penjuru, jalanan macet, banyak orang dengan berbagai atribut tiba-tiba terlihat di sana. Mulai dari pasukan orange, semi orange, TNI berbaju hijau, TNI berwarna abu abu, orang-orang yang bersliweran membawa kamera dan alat perekam, drone terbang dimana mana. Sesuatu yang jarang terjadi di sana.

 






Sebagian tim BPBD, SAR dan relawan mulai memetakan area longsor, lainnya ada yang mulai melakukan pendataan masyarakat terdampak, ada juga yang bergerak menyisir hutan untuk mencari penduduk yang mengungsi disana.

Kantor Kecamatan Pandanarum berubah menjadi Posko Induk penanganan bencana, Dapur Umum, Gudang Logistik dan Media Center. Semua bergerak, bersinergi dan menyamakan tujuan, Penanganan Maksimal.

 

Satu hal yang menjadi kendala dalam proses pencarian korban adalah factor cuaca yang tidak bersahabat dan kontur tanah di sana yang memang "ngeri-ngeri sedap". Menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), di daerah itu punya struktur geologi sesar dan jenis tanah pelapukan yang gampang banget rontok kalau kena air jenuh. Dan inilah yang menjadi penyebab luasnya area longsoran.

 

Sampai hari ke 4 (Rabu, 19 November 2025), pencarian korban masih belum bisa dilakukan secara maksimal. Meskipun sudah banyak pejabat yang datang dan memerintahkan untuk segera melakukan pencarian (bahkan dengan alat berat sekalipun), alam tetap tidak bisa dilawan. Kata teman teman BPBD, konyol rasanya kalau sampai terjadi tim penyelamat malah diselamatkan. Betul juga kan ?



 

Tapi diluar itu semua, tim non lapangan tetap bergerak tanpa henti. Terus berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi Masyarakat terdampak, plus para petugas dan relawan di lapangan. Dapur umum tetap mengebul, pendataan logistic dan bantuan yang masuk dan keluar tetap dilakukan dengan cermat, perbaikan sarana dan prasarana termasuk transportasi, jalur evakuasi bahkan fasilitas medis dipercepat.

Hebat….





 

Kamis (20 November), Perlahan tapi pasti, korban-korban mulai ditemukan. Setelah melalui proses rekayasa cuaca oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pencarian besar besaran dimulai. Dengan melibatkan 18 alat berat (excavator) tim lapangan menyisir Lokasi terjadinya longsoran sesuai dengan data  yang sudah dibuat tim BPBD Banjarnegara.

 

Satu demi satu korban mulai ditemukan.

 





Ada satu hal yang unik dalam proses pencarian ini, muncul sosok “indigo” yang juga ikut dilibatkan dalam proses pencarian jenazah. Rival Altaf namanya. Di lapangan beberapa kali dia menunjukkan Lokasi diduga terdapat jenazah yang masih tertimbun tanah, dan hampir semuanya tepat.

 



Saking sulitnya medan dan banyaknya korban yang belum ketemu, operasi SAR yang harusnya 7 hari diperpanjang 3 hari lagi. Dan puncaknya adalah di hari terakhir atau hari ke-10, Selasa (25 November 2025), tim SAR gabungan berhasil menemukan lima korban yang semuanya berasal dari sektor A2 (sektor A Worksite 2). Kelima korban yang ditemukan berada di sektor A2 merupakan satu keluarga yang berdasarkan kesaksian kerabat korban, mereka terlihat berlari untuk menyelamatkan diri namun tidak berhasil dan terjatuh di sisi kanan jalan setapak depan rumah.

 

Dengan ditemukan jasad 5 orang ini, maka jumlah total korban longsor yang telah dievakuasi dalam keadaan meninggal dunia mencapai 17 orang dan 11 orang tidak ditemukan.

 

Upacara penaburan bunga berjalan dengan haru, hampir semua orang yang hadir tidak kuasa menahan air mata. Ada perasaan haru, sedih, lega dan beragam perasaan yang bercampur menjadi satu seiring rintik hujan yang ikut turun seolah semesta turut berduka.

 


So,  Apa yang Bisa Kita Pelajari dari bencana ini ?

 

Bencana Situkung ini jadi tamparan keras buat kita semua soal lingkungan. Banyak hal yang perlu kita sadari dan pertimbangkan.

 

  1. Geografi Kita Rawan : Kita tinggal di Ring of Fire. Tanah di Banjarnegara emang subur, tapi juga rapuh.
  2. Pentingnya Mitigasi : Retakan tanah sehari sebelumnya itu warning. Ke depannya, sistem peringatan dini harus lebih kenceng lagi biar warga bisa evakuasi SEBELUM longsor kejadian, bukan SAAT kejadian.
  3. Solidaritas : Aku salut banget sama relawan. Dari yang masak di dapur umum sampai yang nyangkul lumpur, kalian pahlawan!

 

Yang terakhir,
kita semua harus peka dan peduli sama tanda alam !





Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Arsip

Copyright 2008 ZISBOX- Metrominimalist | Template Diutak atik Ngatmow Prawierow