Posted by : ngatmow 2.15.2015

Profesor Agus Pulung Sasmito, ST, Ph.D. Begitu nama itu disebutkan di beberapa media massa nasional sebagai nama seorang pemuda berprestasi asal Indonesia yang mampu "menaklukkan" dunia internasional melalui keahliannya di bidang keselamatan penambangan bawah tanah dan sistem energi hidrogen. Seorang pemuda harapan bangsa yang digadang gadang akan mampu mengibarkan bendera merah putih di belahan bumi lainnya

Agus. Nama itu saja yang masih terlintas di benak saya. Seorang sahabat lama yang kesuksesannya sangat membanggakan dan selalu membuat saya sombong  ketika menceritakannya kepada siapapun yang bertanya tentang dia.
Dan memang benar bahwa Agus yang ada di media massa itu adalah salah seorang sahabat saya dulu yang terpisah karena kapasitas otak kami , dimana ternyata memang benar benar jauh berbeda. Bagi saya dan beberapa orang teman lainnya, sosok Profesor Sasmito (begitu dia biasa dipanggil disana) yang diperbincangkan di media massa nasional itu, masihlah tetap Agus sahabat kami si penggemar geblek. Sosok seorang teman yang sederhana dan selalu menjadi pengamin ide ide konyol yang terkadang menjurus gila oleh kawan kawannya.....halah.....



Sedikit cerita tentang profesor muda ini, Agus merupakan profesor termuda dan terbaru di Jurusan Teknik Pertambangan dan Material McGill University, Kanadan, yang dipercaya memegang kendali di laboratorium mine ventilation, energy, and environment di kampusnya. Dia merupakan satu-satunya ahli dalam bidang keselamatan penambangan bawah tanah dan sistem energi hidrogen di kampus tersebut lho. Sebagai  informasi, berbeda dengan di Indonesia, gelar profesor di McGill University bukanlah gelar akademik, melainkan gelar jabatan. Semua dosen peneliti di sana bergelar profesor, yang memiliki tugas menjadi dosen sekaligus peneliti. Selain sebagai seorang profesor, Agus membagi kegiatannya di kampus tersebut, yakni 60% meneliti, 20% mengajar, dan 20% melakukan kegiatan administratif kampus seperti mengikuti seminar dan kegiatan kampus lainnya. Dan yang perlu kita ketahui, Mc-Gill University, Kanada merupakan salah satu perguruan tinggi ternama di Kanada yang menduduki peringkat ke-21 dalam daftar perguruan tinggi terbaik dunia dan kedua di Kanada versi QS World University Rangkings 2013.

Pada bulan September 2013 yang lalu, sebelum Agus memutuskan untuk memilih hijrah ke Kanada dan menjadi Profesor, cowok yang masih lajang ini katanya sedang  mengajukan lamaran professorship di tiga universitas berbeda pada saat bersamaan, yakni di McGill University, Kanada; Khalifa University, Abu Dhabi; dan Aalto University, Finlandia (Dan hebatnya semuanya diterima lho), dia sempat pulang ke Wonosobo selama beberapa minggu. Dan Pada waktu yang cukup singkat itu, dia sempatkan untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga besarnya, teman teman lamanya dan makanan kegemarannya, geblek. (yaitu salah satu makan khas Wonosobo yang terbuat dari pati singkong basah dan parutan kelapa, rasanya gurih dan nikmat jika di sajikan pada saat masih panas, teksturnya empuk seperti (cireng) makanan khas dari jawa barat, tetapi akan berubah keras dan alot jika sudah dingin).

Pada saat kami bertemu, dia sempat bercerita bahwa keputusan untuk memilih McGill University adalah lebih karena reputasi dan ranking kampusnya lebih bagus, lebih jelas, dan penelitian sangat dihargai. Padahal andai dia mau di Abu Dhabi, gaji yang besarnya tiga kali lipat sudah menantinya. (Dan tentu saja itu 75 kali lipat gaji saya disini) Wow.....
Dia juga sempat menuturkan bahwa di balik kesuksesannya itu ada banyak hal yang harus dikorbankan. Mulai dari waktu, keluarga bahkan kehidupan pribadinya yang hanya beberapa gelintir orang saja yang tahu. Menurut pengakuannya, tidak jarang dia juga merasa iri dengan teman sebayanya yang berada di Tanah Air, karena banyak diantara mereka sudah berkeluarga dan mapan dalam versinya masing masing.

Karir pemuda asli Kalibeber ini memang termasuk sangat luar biasa (apalagi kalau dibandingkan dengan saya hehehe....). Agus meraih gelar S-3 di National University of Singapore (NUS) jurusan Teknik Mesin melalui program direct PhD (langsung dari S-1 ke S-3, tanpa melalui S-2) setelah mendapatkan beasiswa dari ASEAN University Network (AUN/SEED-Net) NUS Research Scholarship. Atau dengan kata lain, tesis master yang ia ajukan langsung menjadi proposal PhD. Akhirnya pada Agustus 2010, ia bisa menyelesaikan studi dan mengumpulkan disertasi untuk di ujikan. Karena peraturan di NUS disertasi harus diuji oleh expert/professor dari luar Singapore, maka butuh waktu kurang lebih 8 bulan untuk menunggu jadwal ujian, dan akhirnya Maret 2011 ia secara resmi dinyatakan lulus ujian S3. Selama menunggu ujian S3, ia bekerja di Minerals Metals and Materials Technology Centre (M3TC) di NUS sebagai peneliti hingga awal tahun 2012. Kemudian pindah ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk melanjutkan post-doctoral studi di Masdar Institute yang merupakan institusi yang fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan di bawah bimbingan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat. Dan terakhir terdampar di Kanada sampai saat ini.

Sebagai seorang teman, ada beberapa hal yang tidak akan terlupakan dari seorang Profesor Sasmito ini, dia selalu memberikan kami motivasi dan semangat, tentu saja tanpa meninggalkan logat Kalibeber medoknya yang sangat kental (dan katanya logat ini tidak akan pernah dihilangkannya meskipun jika kelak sudah lama menetap di luar negeri), juga selalu menjaga komunikasi dengan kami lewat jejaring sosial, aplikasi chatting, dan sebagainya jika dia sedang ada waktu luang. Gaya dan "perabotan" yang dikenakannya pun tidak pernah berubah selama di rumah. Kaos oblong, sweater, celana pendek jeans, dan sandal jepit, serta sepeda motor andalan kami sewaktu SMA dulu (maklum saya sering nebeng hehehe....) yang masih setia mengantarkannya kepusat kota. Sampai sampai karena pakaiannya itu dia ditolak masuk ke sebuah bank nasional oleh security ketika mengatakan akan membuat kartu premium (sebuah ironi ketika dalam masyarakat kita penampilan adalah segalanya).

Begitulah Agus, penulis 43 jurnal ilmiah internasional dan tiga buku tentang energi hidrogen dan ventilasi tambang bawah tanah tingkat dunia yang masih bermimpi suatu saat akan kembali ke tanah air dengan syarat kondisi di negeri ini sudah mendukung penelitian dan ilmu pengetahuan. Menurutnya apa yang perlu dia lakukan saat ini adalah berkonsentrasi untuk menimba ilmu lebih lanjut disana, sambil mengembangkan kariernya.

Ada satu pesan darinya yang disampaikan pada saya ketika kami duduk duduk di alun alun kota Wonosobo ketika itu...

"Jadi orang jangan takut untuk belajar nekat. Karena dari nekat dan tekad, semua hal yang bisa dicapai....tentu saja harus disertai doa dan restu orang tua.....oya satu lagi, turunkan berat badanmu W, ukuran tubuhmu sekarang 2 kali lipat ukuranmu dalam ingatanku dulu......"

Jyahahaha.....

Di beberapa media massa yang memuat artikel tentang dirinya, Agus juga tidak sungkan untuk berbagi tips meraih kesuksesan versinya,  pertama kesehatan fisik and mental harus dijaga, tidak boleh terlalu stres, kerja diseimbangkan dengan  dan refreshing, serta olah raga dan asupan nutrisi untuk tubuh supaya selalu fit.
Kedua kerja keras dan pantang menyerah, tak perlu kita minder atau merasa rendah diri  siapa sejatinya kita, ketika kita mempunyai mimpi yang kuat dan tekad yang kuat maka kita bisa menjadi apa yang kita inginkan. Ketiga, jangan pernah lupa akan kampung halaman dan keluarga kita.Karena bagaimanapun keluarga merupakan satu elemen terpenting dalam hidup seseorang yang sangat berharga....

Terus jaya di sana kawan, kami ikut bangga dan insyaalloh akan senantiasa mendoakan keberhasilanmu. Dan jangan lupa, aktifkan terus Whats*pp mu ....hehehhe......



Comments
1 Comments

{ 1 komentar... read them below or add one }

Instagram

Arsip

Copyright 2008 ZISBOX- Metrominimalist | Template Diutak atik Ngatmow Prawierow